Di lahan berbentuk segitiga, persis di pinggir jalan beraspal akan kita dapati kerumunan orang duduk di kursi plastik berwarna merah. Ada juga yang rela antre menunggu sambil berdiri. Â Anda bebas memarkirkan kendaraan di sekitar pohon beringin asal tidak mengganggu pengguna jalan.
"Gila, ini benar-benar dawet terenak di seluruh Asia Tenggara," seeloroh Mas Sholeh, seorang karib sambil memesan 10 bungkus dawet untuk dibawa pulang.
Dawet berwarna putih terbuat dari tepung sagu aren, tanpa bahan pengawet/pewarna,  terasa gurih. Ditambah  santan dan gula jawa agak kental dengan rasa manis gurih menggoda. Sebelum meminumnya, kita harus mengaduk rata  agar gula jawanya merata.Â
Tidak ada pelanggan yang tahu mengenai rahasia kepekatan gula jawa yang berada di dasar gelas dawet Pak Bardi. Untuk menambah sensasi lain, Anda bisa menambahkan tape ketan yang disediakan di dekat pikulan dawet.
"Dawetnya kenyal, rasanya enak saat berpadu dengan gurihnya santan dan manisnya gula jawa," ujar Dewi, salah seorang pelanggan.
Menurut sahibul hikayat, per harinya penghasilan yang didapat seputar dua juta. Sehari ia menghabiskan tak kurang dari 10 kilogram tepung sagu aren untuk membuat cendol.
Kalau sempat ke Yogya, jangan lupa mencicipi manis gurihnya dawet Pak Bardi, sambil merasakan semilir angin di bawah pohon beringin besar.
Sekali lagi dalam konteks ramadan, segelas dawet melambangkan perjuangan dan kesabaran dalam meraih kemenangan idulfitri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H