warung makan saat bulan Ramadhan. Dapat dipastikan hampir semua warung makan tutup. Kalaupun terpaksa buka, penjaga warung  tidak akan "memamerkan"  isi warungnya seperti hari-hari biasa. Semua bagian warung yang tembus pandang akan ditutupi dengan kain agar pejalan kaki tidak bisa langsung melihat makanan dan aktivitas di dalam warung. Bahkan pintu keluar masuk warung ditutup korden.
Jangan berharap Anda dapat sesuka hati masuk keTradisi tutup warung makan ini berlaku di Kuala Tungkal, Jambi, dan saya merasakannya setiap bulan puasa pada tahun 1970 sampai awal tahun 1980-an sebelum meninggalkan Kuala Tungkal dengan sepenuh hati.
Hanya ada satu dua warung yang buka, itu pun dikelola orang-orang nonmuslim. Tutup warung selama Ramadhan merupakan upaya menghargai masyarakat yang tengah menjalankan ibadah puasa.
Jika ada yang ingin masuk warung makan, mereka terlebih dahulu melihat situasi di sekitar. Kalau dirasa aman atau sepi baru mereka masuk. Mereka (nonmuslim sekalipun) merasa malu jika ada yang melihat.
Wilayah Kuala Tungkal yang terletak di tepian Selat Berhala, mayoritas penduduknya beragama Islam. Tidak mengherankan jika berbagai upaya dilakukan untuk menjaga ketenangan saat bulan puasa. Tidak ada orang yang berani merokok dan minum di tempat umum karena perbuatan itu dianggap melanggar norma.
Tradisi lainnya yang terkesan unik berupa kebiasaan "bersih-bersih" rumah. Bagi sebagian masyarakat Kuala Tungkal ada hasrat bahwa dalam menyambut hari raya Idul Fitri, semua harus dalam keadaan bersih, baik, dan suci. Hal tersebut tidak saja berkaitan dengan kebersihan (penyucian) diri dan hati, melainkan juga menyangkut keadaan rumah.Â
Artinya rumah juga harus bersih, indah dipandang handai tolan yang akan bersilaturahmi di hari raya Idul Fitri.
Bersih-bersih rumah dilakukan saat hendak memasuki bulan Ramadhan sampai H-3 sebelum hari raya. Bersih-bersih rumah dilakukan dengan cara memperbaiki rumah, mengecat ulang, memperbaiki bagian yang rusak, membeli meja kursi, lampit (tikar/karpet), barang-barang elektronik, bahkan perhiasan baru.
Bagi keluarga kurang mampu, mereka setidaknya membeli pakaian atau peralatan salat baru. Kalau tidak begitu, pasti alas kaki mereka yang baru.
Begitulah, bagi masyarakat Kuala Tungkal, bulan Ramadhan dan idul fitri merupakan segalanya, sehingga mereka akan menghabiskan tabungan demi membersihkan hati, diri, dan rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H