Cobalah sesekali kita memperhatikan dengan seksama bagaimana aktivitas orang membaca buku/teks di atas panggung pertunjukkan  dan di ruang tunggu keberangkatan pesawat, kereta api, studio penyiaran, terminal, atau pangkalan ojek. Apa yang membedakan aktivitas membaca di atas panggung dan di tempat lainnya?
Membaca di ruang tunggu umumnya dilakukan sambil lalu, mengisi waktu luang untuk mendapatkan informasi. Artinya, pembacaan bersifat individual/personal. Rubrik yang dibaca berupa artikel, berita, atau jenis bacaan lainnya guna mendapatkan informasi.
Begitu juga membaca (berita) di studio penyiaran, bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai kejadian, peristiwa tertentu berdasarkan fakta. Meskipun demikian, ada juga program penyiaran yang sifatnya berupa sensasi, gosip, isu yang masih harus dicek kebenarannya.
puisi, cerita pendek, naskah drama, monolog atau lainnya. Pembaca dengan cara tertentu membacakan karya-karya  untuk merealisasikan ide pengarang lewat perantaraan bahasa dan bunyi-bunyi yang dihadirkan di atas panggung.
Di sisi lain, membaca di atas panggung bertujuan memberi hiburan kepada audience, bersifat komunal. Materi yang dibaca berupa karya fiksi/imajinatif:Membaca Berita dan Membaca Puisi
Membaca berita  dan membaca puisi, keduanya membutuhkan persiapan  matang. Baik berkenaan dengan aspek vokalisasi -- kejelasan pengucapan (artikulasi), intonasi, power, nada/irama, dan penguasaan materi.
Penguasaan materi dapat ditunjukkan dengan pemberian tanda-tanda tertentu saat melakukan apresiasi. Baik pembaca berita maupun pembaca puisi, mau tidak mau, sama-sama melewati tahapan ini untuk mengetahui isi, bagian mana yang harus dibacakan dengan tekanan, datar, tinggi, menurun.Â
Pembedanya, pembaca puisi bisa mempermainkan speed berkenaan dengan cepat lambatnya pembacaan di bagian-bagian tertentu. Pembeda lain, pembaca berita tidak boleh terbawa suasana terhadap peristiwa yang dibacakan. Sebaliknya, pembaca puisi memberi penghayatan mendalam terhadap peristiwa yang ada di dalam teks yang dibacakan. Pembaca harus mampu menghayati dan mengekspresikan suasana yang ada di dalam teks.
Dengan demikian, pembacaan di atas panggung merupakan pembacaan ekspresif. Pembaca dituntut berkreasi agar dapat "memberi nyawa" terhadap teks yang dibacakan dengan segenap muatan emosi dan karakter.Â
Ada juga yang berpendapat bahwa  membaca ekspresif erat kaitannya dengan aktivitas berkesenian (membaca puisi, storytelling, teaterikalisasi puisi), menuntut kemampuan kreatif seseorang.
Kalau pembaca ekspresif akan bermetamorfosis menjadi seorang aktor, menahami lighting, tata panggung, make up, improvisasi, moving, dan lainnya; maka pembaca berita tetaplah menjadi seorang pembaca berita (dan mungkin bisa menjelma menjadi selebritas).
Pembaca berita meluaskan pemahaman terhadap suasana studio penyiaran dengan berbagai peralatan produksi siaran berita. Pembaca tinggal membacakan teks yang sudah disiapkan redaksi tanpa harus membumbui dengan emosi dan improvisasi berlebihan karena studio pemberitaan bukanlah ruang pertunjukan kesenian. (Herry Mardianto)