Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekaring Pasamuwan: Sastra dan Realitas Sosial Budaya

17 Februari 2023   06:59 Diperbarui: 17 Februari 2023   07:24 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antologi dengan ragam dialek Jawa/Foto: Hermard

Ganggong merupakan kuburan keramat dan setiap warga Lebeng yang hendak mengadakan perhelatan pernikahan, sehari sebelumnya wajib membersihkan makam demi mendapatkan berkah sekaligus membuang sial. 

Keyakinan penuh terhadap alam gaib itu menyebabkan Mbok Darmi merasa diterima kehadirannya di Ganggong dan Eyang Kerta memberi restu, terlebih saat perayaan pernikahan Ayu (anak Mbok Darmi) hadir tamu asing, sosok lelaki tua tak dikenali yang diyakini Ayu serta Mbok Darmi sebagai Eyang Kerta.

Cerkak "Klakson"  mencerminkan sikap orang Jawa dalam  mempersonifikasikan kekuatan alam gaib lewat lelembut penunggu Brug Kalilongkrang. Meskipun dihadirkan dengan sedikit dialog, cerkak ini memiliki kelebihan dalam membangun suspense dan alur sehingga pembaca merasa penasaran terhadap peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dengan cara sesegera mungkin menyelesaikan pembacaannya.  

Dalam cerkak "Apa Ora Olih Miyangga Ngrasa Tresna?"  kekuatan alam gaib dilekatkan kepada tokoh Miyangga, dihadirkan penulis sebagai siluman air penunggu Kali Tlanjig;  merupakan satu-satunya cerkak yang di sepanjang cerita menampilkan siluman berwajah cantik, jatuh cinta kepada Karim (tokoh utama). 

Tokoh Karim tidak memiliki rasa takut  berlebihan terhadap kehadiran tokoh gaib; berbeda dengan situasi dalam cerkak lainnya, kehadiran makhluk gaib selalu menimbulkan kecemasan dan rasa takut masyarakat. Kedekatan tokoh utama dengan tokoh gaib terasa wajar bagi pembaca mengingat cerpen ini dipenuhi dengan tebaran guyonan. 

Cerkak lainnya, "Sejatining Guru" mempresentasikan adanya kekuatan gaib yang dapat dirasakan kehadirannya oleh orang-orang yang diikuti (internal) dan orang linuwih (eksternal)--- keberadaan Yuni, penari jathilan, selalu diikuti  gendruwo Dadap Ireng. 

Diam-diam teman sekolahnya, Bagus, mengetahui hal ini dan berusaha melindungi Yuni. Hubungan antara Yuni, makhluk gaib (gendruwo), dan Bagus menjadi montor penggerak cerita.

Gambaran mengenai masyarakat Jawa yang mengalami transisi dari masyarakat tradisonal agraris menuju masyarakat modern diwakili oleh cerkak   "Nini Thowong".  

Meskipun judul cerkak ini mengacu kepada salah satu seni tradisi (pertunjukkan) yang berkaitan dengan kekuatan gaib, tetapi  inti cerita berangkat dari konflik antara tokoh utama, Ratri (berprofesi sebagai dokter), dengan sang kakak Arjun dalam upaya menyembuhkan penyakit stroke ibu mereka yang selama enam tahun tidak menunjukkan tanda-tanda membaik. 

Relasi oposisional kedua tokoh tersebut merepresentasikan perubahan sosial masyarakat Jawa tradisional agraris menuju masyarakat modern. Kehadiran sosok tokoh Ratri merupakan gambaran  keraguan masyarakat Jawa dalam menghadapi perubahan (transformasi) budaya. 

Meskipun berprofesi sebagai dokter, ia masih mempercayai penyembuhan dengan cara tradisional (nonmedis). Kehadiran  Ratri seharusnya "didudukkan" pengarang untuk mewakili  golongan terdidik yang mengedepankan rasionalisasi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun