Sehari setelah menikmati maknyus-nya Bakso President Malang, saya bersama ibu negara Omah Ampiran, diajak Mas Dedi dan Mbak Dewi berburu kuliner malam ke Surabaya. Kami singgah dulu ke tempat saudara di Sidoarjo, bersilaturahmi dengan keluarga Mas Sat.
Kami berangkat dari Malang sore hari dan sampai Sidoarjo jam sepuluh malam, setelah menempuh perjalanan lima jam lebih. Waktu sudah lepas malam saat Mas Sat menawari kami  makan malam. Hem, pucuk dicinta, ulam pun tiba...
"Soto kalkulator? Kita akan makan kalkulator?" tanyaku penasaran.
"Ya enggaklah Mas. Disebut soto kalkulator karena saat membayar di kasir, petugas akan menghitung dengan super duper  cepat berapa uang yang harus dibayarkan sesuai menu yang kita pesan. Berhitung awangan, lebih cepat dibandingkan menggunakan kalkulator."
Warung di Jalan  Progo, Surabaya, buka dua puluh empat jam. Di sekitarnya  juga terdapat warung tahu campur, bakso, mie ayam, dan beberapa gerobag dorong serta lapak  pedagang kecil. Pengunjung bebas nongkrong dimanapun.
Meskipun sudah larut malam, bahkan menjelang pagi, pemburu kuliner datang bergantian menikmati sensasi kuliner malam di warung-warung terbuka.
"Wah porsinya sangat banyak, meskipun rawonnya enak dengan kuah agak kental. Terasa gurih dengan aroma rempah yang tidak tajam," jelas ibu negara Omah Ampiran.
Bagaimana, siap berburu kuliner dengan menjelajah kota Surabaya malam hari?         Ayo gas sak polle rek! (Herry Mardianto)