Tak dapat dipungkiri  kebenaran gagasan Kuntowijoyo bahwa simbol-simbol pedesaan lambat laun akan tergantikan oleh simbol-simbol perkotaan. Terlebih jika masyarakat desa ingin maju, tidak terkucil (dari pusat pemerintahan). Â
Pada titik ini, ada semacam kesadaran bersama  mengubah desa yang semula closed corporate community menjadi open corporate community.
Begitulah, desa Babrik di wilayah Jamblangan, Seyegan,  Sleman, yang semula seakan "tertidur" di pinggir sepotong jalan  membujur arah timur-barat, kini mulai terjaga dari tidur pulasnya. Jalan desa ke arah jalan raya Seyegan-Godean yang semula gelap gulita, kini terang benderang karena deretan tiang-tiang lampu LED. Begitu juga  tanah kas desa, semula dimanfaatkan sebagai lahan pertanian kurang produktif, kini  berdiri bangunan  limasan, joglo, dan beberapa gazebo di area seluas empat ribu meter persegi.
Masyarakat Babrik bahu-membahu dalam mewujudkan KKE sebagai tempat wisata, outbond, gathering, outing. Mereka dengan suka rela menanam saham berupa tenaga, peralatan, tanaman, perkakas, atau apa pun. Semua tercatat  rapi di buku besar. Artinya, sekecil apa pun, masyarakat Babrik ikut andil di dalamnya.
Nama Pabrik Tom  bisa juga dikaitkan dengan tanaman tom,  awalnya banyak tumbuh di daerah Kulonprogo. Tanaman tom (tarum, nila, indigofera) merupakan tumbuhan semak, menghasilkan warna biru (indigo) setelah melewati proses pengeburan dengan mencampurkan daun sirih atau injet. Pewarna alami ini digunakan untuk mewarnai kain.
Hartono sebagai inisiator pendirian KKE, dikenal luas di kalangan pelaku wisata di Kulonprogo. Sejak tahun 2003 turut mengelola Pusat Penyelamatan Satwa Yogyakarta. Kemudian mendirikan Dolan Ndeso Boro. Pada tahun 2019 bersama beberapa teman mendirikan Ono Kaline  River Park. Baik Dolan Ndeso Boro maupun Ono Kaline, merupakan tempat wisata berbasis outbond, gathering, dan outing.