Mohon tunggu...
Herry Dim
Herry Dim Mohon Tunggu... Seniman - Pekerja seni, penulis seni/kebudayaan, dan lingkungan hidup

Pekerja seni, lukis, drama, tata panggung teater, menciptakan wayang motekar. Pernah menulis di berbagai media serta berupa buku, aktif juga dalam gerakan-gerakan lingkungan hidup dan pertanian. Kini menjadi bagian dari organisasi Odesa Indonesia, dan sedang belajar lagi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesantren Al Mizan yang Fenomenal

27 Januari 2023   11:22 Diperbarui: 27 Januari 2023   12:19 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

BERDIRINYA pesantren hijau atau pesantren wanatani (agroforestri) Al Mizan Wanajaya ini harus dikatakan sangat fenomenal dalam arti menjadi ekopesantren atau pesantren berbasis ekologis yang konkret, mengingat bukan hanya prinsip didaktik yang diarahkan kepada penyadaran lingkungan hidup tapi lingkungan pesantrennya sendiri memang dijadikan semacam laboratorium ekologi yang kelak niscaya bertumbuh menjadi kawasan wanatani, kawasan yang secara langsung menjadi bagian penting dan konkret dalam hal merawat lingkungan hidup serta menebarkan harapan kehidupan yang lebih baik. 

Hal-hal yang bersifat teori ataupun ajaran keagamaan yang berkenaan dengan lingkungan hidup, itu sekaligus menjadi praxis, menjadi praktik sehari-hari para pengajar dan para santri yang niscaya bertumbuh menjadi habit. 

Keberkelanjutan dari kebiasaan ini, bisa kita bayangkan manakala para santri itu kembali ke daerahnya masing-masing atau bertumbuh di daerah lain maka akan tetap menanamkan habit ekologis di tempat hidupnya yang baru.

Lantas, pertanyaannya: Apa pentingnya kesadaran dan kebiasaan sadar lingkungan ini bagi para santri dan lebih luasnya lagi bagi kehidupan? Apakah betul ihwal ekologi ini sudah demikian mendesak? Jika dikerjakan apakah betul akan berbuah manfaat ekologis, ekonomi, ataupun spiritual?

Hanya satu kata sebagai jawaban atas tiga pertanyaan tersebut: "Ya."

Penting dan Mendesak

JIKA di dalam lima atau sepuluh tahun terakhir ini kita membaca berita ataupun teori-teori yang berkenaan dengan perubahan iklim (climate change) atau pemanasan global (global warming), itu bukanlah berita dan teori yang menakut-takuti, bukan sekadar ancaman yang mungkin atau bakal datang, melainkan telah menjadi kenyataan yang menimpa semua umat manusia di satu-satunya bumi ini, termasuk menimpa diri kita sendiri baik secara langsung ataupun taklangsung.  

Perubahan iklim (climate change) adalah perubahan signifikan suhu udara dan curah hujan yang diakibatkan meningkatnya konsentrasi gas karbon dioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer yang menyebabkan efek gas rumah kaca. Sementara pemanasan global (global warming) yaitu peristiwa terjadinya peningkatan suhu dan permukaan bumi (suhu global). Ini yang mengakibatkan dampak besar dan menyebabkan perubahan tatanan ekologi suatu kehidupan mengingat suhu merupakan salasatu abiotik ekosistem.

Perubahan iklim antara lain disebabkan oleh efek gas rumah kaca, pemanasan global, kerusakan lapisan ozon, kerusakan fungsi hutan, penggunaan CFC (Cloro Flour Carbon) yang tidak terkontrol, dan gas buang industri. Dampaknya antara lain tingginya curah hujan dengan siklus yang sulit diprediksi, musim kemarau yang berkepanjangan, peningkatan volume air akibat mencairnya es di kutub, banjir rob karena peningkatan air laut, terjadinya bencana alam angin puting beliung, hingga berkurangnya sumber air.

Dengan dua hal saja yaitu seringnya kita menyaksikan bahkan mengalami sendiri bencana banjir di satu sisi, dan tiba-tiba mengalami juga kemarau panjang yang juga ditandai kesulitan mendapatkan air bersih; itu menunjukan bahwa persoalannya telah begitu mendesak untuk diatasi dan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya pun otomatis menjadi sangat penting. 

Hanya dengan dua hal ini saja, seperti yang kita ketahui, nyata merusak sejak rumah hunian, fasilitas umum, bahkan memakan korban jiwa; secara bersamaan merusak pula pertanian hingga rusak pula sistem pertaniannya itu sendiri. Akibat lanjutannya bisa sangat panjang yaitu sejak terkikisnya daya tahan ekonomi, menurunnya kesehatan rakyat, terbengkalainya proses pendidikan, menimbulkan kemiskinan, hingga terkikisnya mental spiritual.

Daya Tahan Ekonomi atau Ketahanan Pangan

TELAH tersitir selintas di atas bahwa pertanian itu bergantung kepada kondisi iklim yang stabil. Memang betul bahwa dunia kini telah mengenal teknologi pertanian berdasar iklim artifisial. 

Dengan cara tertentu kawasan tani dikelola melalui sistem pengaturan suhu hingga curah air yang teratur bahkan mendapatkan kualitas sinar matahari buatan. Namun itu masih bersifat khusus dan baru bisa dikerjakan di dalam skala industri modal besar, dan secara teknis hampir tidak berkenaan dengan andil perbaikan perubahan iklim ataupun pemanasan global karena sistem tani artifisial ini praktis berjalan di ruang khusus yang tertutup dan/atau tidak bersinggungan langsung dengan alam. 

Selebihnya adalah sifat umumnya yang monokultur bahkan berupa tanaman pendek (sayur misalnya) yang tidak menghasilkan 'kanopi' yang mampu menyerap CO2 ataupun menebarkan udara bersih yang dibutuhkan oleh kehidupan manusia.

Tani yang kita maksud adalah tani tradisional dengan konsep agroforestri yang masih memiliki saling-keterhubungan secara langsung antara tanah, air, udara, dan sinar matahari. 

Agroforestri merupakan tani multikultur yang berbeda dengan monokultur. Jenis tanaman yang ditanam bersifat beragam, tidak hanya tanaman pendek tapi menanam pula tanaman tinggi atau terkadang disebut pula tanaman keras yang dedaunannya menghasilkan kanopi. Jenis tani inilah yang menurut berbagai ahli sekaligus praxisnya terbukti sangat membantu untuk menahan lajunya kerusakan ekologis.

Dalam pengertian luas atau makro, inilah pertanian yang sedikit banyaknya bisa ikut menyetabilkan iklim sehingga pertanian secara umumnya tidak terganggu, maka tidak terganggu pula ekonomi hasil taninya. Sementara dalam tataran mikro, relatif lebih luas lagi fungsi ekonominya sebab bisa sampai kepada pertahanan ekonomi keluarga. 

Acuannya sederhana saja, bahwa tidak ada hasil tani yang tidak memiliki nilai jual. Lebih jauh dan lebih penting lagi, di hadapan isu krisis pangan yang kini berdengung tengah mengancam dunia, jenis tani rumahan justru memiliki kekuatan mendasar di dalam penyiapan hingga ketersediaan hasil tani demi ketahanan pangan, tani pekarangan misalnya.

Demikian dalam serba selintas tentang ekonomi tani, lebih rincinya lagi tentu harus dibahas di dalam forum khusus.

Spritualitas Kerja Ekologis

TEORI serta praxis penanggulangan ihwal perubahan iklim serta pemanasan global bisa dikatakan mulai hangat menjadi pembicaraan dunia itu manakala Al Gore baik semasa anggota senat AS sejak 1990an atau semasa menjabat sebagai wakil presiden di masa Bill Clinton (1993-2001) banyak menurunkan tulisan-tulisan terutama di New York Times. Kumpulan tulisannya yang dibukukan dengan judul "An Inconvenient Truth: The Planetary Emergency of Global Warming and What We Can Do About It" dinyatakan sebagai best seller atau buku terbitan NYT terlaris #1. Ia sempat menyalonkan diri untuk pemilihan presiden AS pada tahun 2000, namun dikalahkan secara kontroversial oleh George W. Bush. 

Ia meraih jumlah suara pemilih suara terbanyak, tetapi kalah dalam jumlah suara elektoral sehingga takterpilih sebagai presiden AS. Kekalahan tak membuatnya surut untuk menyuarakan ihwal lingkungan hidup. Bunga rampai tulisannya yang lain terbit dalam sebuah buku setebal 408 halaman pada 2006 dengan judul "Earth in the Balance : Ecology and the Human Spirit." Setahun kemudian, 2007, Al Gore dinobatkan sebagai peraih penghargaan Nobel untuk perdamaian. Takayal selentingan pun muncul menyatakan bahwa Al Gore justru berhasil menjadi presiden dunia dalam menyuarakan perlunya kesiagaan menghadapi perubahan iklim serta pemanasan global. 

Ia, bagaimanapun, berjasa telah menyadarkan dunia sehingga seluruh dunia pun kini menjadi siaga serta melakukan langkah-langkah konkret di dalam mengatasi masalah lingkungan hidup.

Tidak sederhana alias kompleks hal-ihwal yang berkenaan dengan kerusakan lingkungan hidup ini, demikian juga dengan hal untuk mengatasinya. 

Dari sekian kerumitan itu adalah hal mendasar yang sejatinya bisa dilakukan oleh kita orang per orang. Salasatunya yang berkenaan dengan pemanasan global, dari deretan penyebabnya antara lain adalah faktor praktik pertanian tertentu yang bersifat monokultur, penggundulan hutan, dan kian berkurangnya tanaman-tanaman tinggi sehingga hukum alam mengalami ketidakseimbangan. Untuk menyeimbangkannya kembali, antara lain dan satu-satunya jalan adalah dengan menanam pepohonan yang cukup rindang sekaligus bermanfaat langsung/taklangsung. 

Menanam pohon, secara teknis bisa dilakukan oleh orang per orang bahkan di lahan yang terbatas sekalipun, sementara dalam tataran makro tentu perlu pula segera dilakukan re-forestasi atau penghijauan kembali hutan-hutan yang telah gudul serta menambah perluasannya. 

Al Gore di dalam artikel berjudul "Seeds of Privation" mengemukakan istilah "pemuliaan tanaman" (plant breeding), yang menurutnya sesungguhnya telah berusia setua peradaban kita sendiri. 

Sejak 10.000 tahun yang lalu, tulis Al Gore pula, manusia telah mengumpulkan dan menanam benih tanaman yang bernilai. Tapi, seperti diungkap di bagian lain tulisannya, manusia pula yang kemudian merusaknya. Kini, kita sebagai manusia, menjadi wajib hukumnya untuk memperbaikinya kembali.

Ihwal menanam atau pemuliaan tanaman yang disebut Al Gore sejatinya telah berusia setua peradaban kita sendiri, itu kiranya takbisa dibantah. 

Di dalam hadits yang diriwayatkan Anas Rodhiyallohu 'Anhu, "misalnya, Rasulullah Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam bersabda: "Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang diantara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanam sebelum terjadi kiamat maka hendaklah dia menanamnya."

Sejenak, mari kita hitung-hitungan. Salasatu sumber menyebutkan bahwa Rasulullah SAW itu lahir pada tahun 571 M. Beliau diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun, tepatnya pada 17 Ramadhan tahun 611 M, yaitu saat menerima wahyu pertama melalui malaikat Jibril di Gua Hira. Rasulullah berdakwah atau mengajarkan agama Islam selama 23 tahun sampai akhir hayatnya, yaitu dari 611 -- 634 M. Katakanlah hadits di atas itu dikemukakan Rasulullah SAW di masa pertengahan kerasulannya, maka perkiraannya adalah pada 622 M. 

Kini, kita berada pada tahun 2023, artinya Rasulullah SAW menyatakan pentingnya menanam pohon itu sudah sejak 1.401 tahun yang lalu, atau 1.384 tahun sebelum buku Al Gore yang berjudul "Earth in the Balance" itu terbit. 

Penting pula kita perhatikan diksi dari kalimat "sekiranya hari kiamat hendak terjadi," itu menandaskan betapa pentingnya menanam pohon, seyogianya menjadi pekerjaan sepanjang waktu yang bahkan menjelang kiamat pun tetap dianjurkan untuk menanam. Betapa Rasulullah SAW itu memuliakan tanaman. Kemudian dan masih tentang keutamaan menanam pohon, Nabi SAW bersabda: "Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat." (HR. Muslim).

Dua hadist itu saja telah menunjukan bahwa menanam pohon seyogianya telah otomatis menjadi bagian jalan hidup muslimin-muslimat. Di satu sisi adalah azas manfaat bagi kesemestaan antar-manusia hingga kesemestaan alam. Di sisi lainnya berkenaan dengan pesan profetik yang berarti spiritual, berhubungan langsung dengan pesan kenabian yang sudah menjadi keharusan untuk dilakoni.***

Glosarium

Efek gas rumah kaca atau GHE (Green House Effect) terbentuk karena adanya gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi yang seyogianya berjalan alamiah, normal, atau seimbang sehingga menghasilkan suhu yang nyaman dan layak huni bagi kehidupan. Kelayakan tersebut karena seimbangnya siklus air, ketersediaan uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), Nitrous Oxide (N2O), Methana (CH4), Ozon (O3), CFC (Cloro Flour Carbon), dan HFC pada atmosfer bumi. 

Jika gas-gas rumah kaca tersebut berlebih niscaya menyebabkan suhu bumi yang terus meningkat. Sebaliknya jika tidak ada atau berkurangnya gas-gas penentu efek rumah kaca, maka menyebabkan suhu menjadi dingin. Prinsip dan fungsi dasar efek rumah kaca di atmosfer bumi itu untuk menyerap radiasi sinar matahari yang sesuai dengan kebutuhan kehidupan.

Pemanasan global (global warming) adalah istilah yang sering bertukaran dengan istilah perubahan iklim atau krisis iklim, yaitu proses meningkatnya suhu rata-rata udara, atmosfer, laut, dan daratan bumi. Penyebab utama pemanasan iklim adalah tercemarnya gas rumah kaca terutama oleh karbon dioksida (CO2) dan metana. Timbulnya dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, bensin, dan solar. Pun karena faktor praktik pertanian tertentu, proses industri, dan penggundulan hutan.

Kerusakan lapisan ozon atau penipisan ozon adalah dua fenomena yang saling terkait berupa (a) penurunan jumlah ozon di stratosfer bumi (lapisan ozon), dan (b) penurunan ozon stratosferik dan troposferik dalam jumlah yang sangat besar di sekitar kutub bumi pada musim semi.

Penipisan ozon dan lubang ozon meningkatkan risiko kanker kulit, katarak, kerusakan tumbuhan dan berkurangnya populasi hewan. Itu karena kian melemahnya daya lapisan ozon sehingga takkuat lagi mencegah datangnya sinar ultraviolet (UV) pada panjang gelombang UVB di muka bumi.

Kerusakan fungsi hutan adalah berkurangnya luasan areal hutan karena penggundulan dan alih fungsi lahan hutan yang dikenal juga dengan istilah deforestasi. Dampaknya yang mudah dikenali antara lain berupa bencana banjir, tanah longsor, puting beliung, serta musim penghujan dan kemarau yang tidak stabil. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), hampir 7,3 juta hektar hutan di seluruh dunia hilang setiap tahunnya. Data dari Global Forest Watch dengan pencitraan satelit pada tahun 2020 lalu menunjukkan hutan tropis global kehilangan 12,2 juta hektar tutupan pohon.

*) Butir inti tulisan ini disampaikan secara lisan sebagai "pidato kebudayaan" pada saresehan "Pesantren Hijau Al Mizan Wanajaya," 16 Desember 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun