Mohon tunggu...
Herry Darwanto
Herry Darwanto Mohon Tunggu... Freelancer - Ingin menikmati hidup yang berkualitas

Penyuka musik keroncong & klasik, gemar berkebun, penggemar jajan pasar

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Membangun Desa Wisata, Menggerakkan Ekonomi Pedesaan

23 November 2016   04:19 Diperbarui: 23 November 2016   04:48 1880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Penglipuran, Bali. | JOKO DWI CAHYANA/KOMPAS.COM

Dulu saya beranggapan bahwa membangun pedesaan harus diawali dengan membangun jalan, menyediakan air bersih, dan menarik kabel listrik. Tetapi sekarang saya merasa pendapat saya itu tidak seluruhnya benar. Membangun desa lebih cepat lagi jika langsung dilakukan dengan membangun ekonominya. Namun ekonomi pedesaan bukan hanya pertanian, banyak yang lain, diantaranya wisata pedesaan.

Urusan pertanian sudah puluhan tahun dikerjakan dengan cukup berhasil oleh Kementerian Pertanian dan Dinas-dinas Tanaman Pangan di setiap provinsi dan kabupaten. Namun urusan wisata pedesaan agaknya belum mendapat banyak perhatian. Kementerian Pariwisata lebih fokus pada mendatangkan turis mancanegara yang memang Indonesia ketinggalan jauh dari negara-negara tetangga. Jadi biarkan Menteri Pariwisata berjuang keras mencapai target turis mancanegara sebanyak 20 juta orang pada tahun 2019, yang saat ini baru mencapai 10 jutaan orang. Oleh sebab itu mendengar Kementerian BUMN ikut membangun desa wisata, kita patut bersyukur.

Menteri BUMN menugaskan beberapa BUMN untuk mendirikan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) dengan target 100 Balkondes di 10 destinasi wisata nasional pada tahun 2017/2018. Balkondes mengelola pelatihan bagi warga desa untuk membuat kerajinan sesuai dengan potensi alam desa tersebut. Balkondes juga ditargetkan untuk membantu penduduk yang bersedia membangun rumah inap (homestay) untuk disewakan kepada turis. Nantinya Balkondes diharapkan bekerja sama dengan badan usaha milik desa (BUMDes) membantu pendanaan dan promosi desa wisata dan kegiatan ekonomi lainnya.

Pembentukan Balkondes dan pengembangan desa wisata dilaksanakan secara bersama oleh beberapa BUMN, seperti PT. Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko; PT. Patra Jasa, dan beberapa BUMN lain. Saat ini sudah ada desa-desa wisata yang dibangun atas inisiatif Kementerian BUMN, antara lain beberapa desa di sekitar Candi Borobudur dan yang baru-baru ini diresmikan adalah Desa Pinge di Kabupaten Tabanan.

Ekonomi Pedesaan

Pengembangan desa wisata memang tepat untuk menggerakkan ekonomi pedesaan. Banyak hal yang semula dianggap tidak berarti ternyata dapat menambah penghasilan penduduk desa. Menanam sayuran, memetik kebun apel, memerah susu kambing, mengarungi jeram sungai, dan sebagainya adalah aktivitas yang bisa dijual kepada penduduk kota dan turis asing. Sumber mata air yang diubah menjadi kolam pemandian yang ditata apik dapat menambah kas desa berlipat-lipat. Menyewakan sepeda untuk turis juga berpotensi mendatangkan beberapa puluh/ratus ribu sebulan.

Beberapa desa beruntung mendapat kunjungan rutin para peziarah ulama terkenal dari berbagai daerah. Peninggalan kerajaan-kerajaan leluhur juga mengundang banyak orang untuk datang. Tradisi tahunan yang dikemas menjadi festival yang ramai akan menggerakkan ekonomi pedesaan. Jika tidak ada tradisi yang dapat menjadi daya tarik, dapat dilakukan atraksi baru seperti lomba layang-layang, festival burung berkicau, lomba sepeda gunung, dll. Dengan membuat orang kota datang dan menikmati suasana pedesaan, maka ekonomi desa dapat tumbuh dan menahan penurunan produktivitas akibat ditinggalkan oleh sebagian warganya yang bermigrasi ke kota-kota besar.

Pada dasarnya setiap desa bisa membangun desa wisata tanpa mengharap bantuan dari pihak lain yang belum tentu cocok dengan keinginan penduduk desa. Untuk bisa menjadi desa wisata yang berhasil, syarat utamanya adalah kebersihan rumah, terutama toilet, dan kebersihan lingkungan. Turis tentunya akan enggan datang ke desa yang kotor, sampah teronggok di mana-mana, sungai berwarna hitam penuh kotoran, tinja hewan bertebaran di sepanjang jalan.

Walaupun jalan menuju desa tidak mulus, atau listrik belum ada, hal-hal itu tidak menghambat minat turis untuk datang jika desa itu menawarkan sesuatu yang khas. Selanjutnya desa yang sudah cukup bersih dan mempunyai sesuatu yang bisa dinikmati orang kota dan turis asing perlu mencanangkan kehadirannya di media Internet (youtube, instagram, facebook, dsb.) yang dapat diakses oleh siapapun dari manapun.

Tren Dunia

Pembangunan desa wisata seperti yang tengah dijalankan oleh Kementerian BUMN sebagai bagian dari kegiatan CSR (Corporate social responsibility) tersebut, sungguh cocok dengan tren yang terjadi di mana-mana. Wisatawan kini banyak yang sudah bosan dengan pelayanan hotel berbintang. Mereka lebih menyukai suasana yang alami, sederhana, apa adanya. Mereka ingin menikmati suasana kehidupan di pedesaan yang tidak serumit di perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun