Perempuanku… Perempuanku… Perempuanku…..
Perempuanku saat engkau menangis…. Kutahu kau tak sedang mengeluarkan senjata terampuhmu, justru engkau sedang mengeluarkan senjata terakhirmu.
Perempuanku, saat engkau menangis…. Kutahu saat rintik hujan itu membasahi wajah indahmu…. engkau t’lah berusaha menahan selaksa jiwa agar tak mengalir membasahi relung hatiku,tak ingin kau memelas pada ego-ku.
Perempuanku, saat engkau menangis…. Kutahu engkau tak sanggup lagi tuk berpura-pura dirimu kuat….. kuat menahan sisi terlemah dalam dirimu.
Perempuanku, saat engkau menangis…. Kutahu perasaanmu ada yang tergores… terluka oleh ego-ku….. ego-ku sungguh kadang melena tanpa sadar menggores perasaanmu.
Perempuanku, saat engkau menangis…. Kutahu engkau tak menuntut banyak dari ego-ku…. Kutahu engkau hanya berharap secuil pengertian dari ego-ku.
Perempuanku, saat engkau menangis…. Aku menyesal….. kadang kala sikap manja teramat sangat terlalu banyak mau-mu pada ego-ku………maafkan aku saat merasa itu menyusahkan jiwaku, padahal kadang sikapmu itulah yang membuatku bahagia.
Perempuanku, saat engkau menangis…. Maafkan ego-ku… banyak sudah luka kutorehkan, sungguh ego-ku malu melihat ketegaran hatimu kukuh, meski rasa sakit kerap menghantam sisi terlemahmu.
Perempuanku, saat engkau menangis…. Sadarku kembali…. Meski ku tak peduli, meski kutak-acuhkan dirimu…. Tapi kurasakan dilubuk hati terdalam-mu, engkau s’lalu memanjat do’a
untuk diriku, untuk ego-ku, untuk mimpiku, untuk khayal-ku dan untuk kita.
Perempuanku, saat engkau menangis…. Sadar ego-ku, pasti takdir menyatukan hati lelaki & perempuan tuk berpasangan bukan tuk nikmati kesendirian
Perempuanku, saat engkau menangis…. walau terasa tampak berlebihan, berlebih dalam mengungkap “RASA” … tapi kusadar dalam kesadaranku itulah sebabTuhan menitipkan rahim pada dirimu, karena engkau memiliki ruang terluas dihati-mu tuk bernaung buah hati benih Cinta dan kasih.
Dalam sadar ego-ku engkau terlihat lemah namun dalam bias hatiku yang dibuai embun pagi engkau terasa kuat dalam batin-mu.
Perempuanku… aku mengenalmu tanpa sengaja hanya intuisi yang menuntunku dalam iring hati terdalam, mencoba akrab dengan hatimu, mengharap satu dalam imaji… ijinkan aku memimpikanmu… harapanku hanya satu semoga engkau menganggapku sahabat jiwamu, pelipur lara saat gundah, pelengkap rasa saat bahagia.
Walau kelak kita tak kunjung melihat mentari, bulan, kumbang, capung, rumput, daun, gorila, kunang-kunang dan kupu-kupu bersama dengan sinar mata nyata,
biarlah mata hati yang bicara… jika kehidupan berjalan dengan semestinya andai Tuhan tak menghendaki, ku berharap KELAK kita saling bercerita pada anakku dan anakmu “bahwa dulu pernah punya sahabat yang membuatmu bahagia” walau hanya dalam aksara.
Wahai Sobat………… hargai Perempuan-mu, dekap ego-mu, rasakan harapnya… secuil apapun arti perempuan-mu, yakinlah cinta dan hasratnya akan menguatkan hatimu.
Cukup sudah…. untukmu perempuanku-perempuanku di pagi ini.
TABAHLAH DALAM DUKA.... HIDUP MEMANG SEPERTI INI, SEMOGA TENANG DI ALAM SANA... AMIEN.
karena ini postingan si FK... jadi ingat kelakuanmu Perempuanku saat ujian telah tiba :
kelebihanmu bisa buka atas dan bawah...wakakakakakkakakakakak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H