Back to Bullshit alias Taikebo Omong kosong malam ini…….
Bagi saya masa kecil adalah salah satu masa paling menyenangkan serta paling indah dibandingkan masa-masa penjajahan kolonial apalagi masa jaman jahiliyah. Banyak yang mengira si Gorilla Merah aka Gomer aka Fukebo tidak memiliki masa kecil, dan kalaupun ada sebagian sohib-sohib kenthir yang mengakui masa kecil saya, itu semua karena perasaan iba yang sebagian dari ibadah katanya… prettt deh. Padahal kalau ditulis semua kisah masa kecil saya, butuh waktu bertahun-tahun nulisnya, apalagi kalau ditulis pakai kapur dipapan tulis wakakakakakakak.
Masa Kecil
Masa kecil saya yang pertama dan masih dapat saya rasakan sebagai sebuah realita alias bukan fiksi adalah bahwa saya ingat waktu itu saya keluar melalui sebuah lorong kecil yang lembab dan basah, bahkan hingga saat ini saya masih dapat merasakan sisa-sisa lengket dirambut ini, makanya sampai sekarang saya suka masuk lorong seperti itu, lengketnya itu bro Ngangenin, wakakakakakak… gundulmu…!!!.
Setelah berumur dua bulan, orang tua saya melakukan penipuan pada pihak berwenang, dengan cara ngaku-ngakuin umur saya sudah setahun, terus saya dibawa terbang ke Irian Jaya alias Papua. Selama empat tahun di Papua, melihat otong berkoteka dan payudada disedot celeng adalah salah satu pengalaman empiris yang saya simpan hingga kini, empiris… gundulmu…!!! Wakkakakakakkk.
Setelah berumur 4 tahun, mulailah petualangan ikut orang tua pindah-pindah ke beberapa sudut negeri ini, sebuah pengalaman yang kala itu membuat saya sadar bahwa ternyata otong itu dimilik semua lelaki, serta payudada itu ternyata eksotis, dan biasa disebut payudara, eksotis… gundulmu…!!! Wakakakakkakkk.
Cinta Kecil
Blah.. blah.. blah dan bleh… lanjut, akhirnya sampailah saya berumur 5 tahun, taman kanak-kanak adalah taman konak… eh salah maksudnya cinta saya yang pertama. Saya masih ingat nama cewek kecil itu Meli, kami satu sekolah di TK “M” di Kota Tarakan, Kaltim. Sebagaimana umumnya anak TK, saya suka main sama Meli, dia cantik, rambutnya sebahu, putih, pipinya agak tembem, saya gemes sama Meli waktu itu. Hubungan dengan Meli saya klaim sebagai cinta pertama, karena pada suatu ketika ada anak cowok lainnya sebutlah namanya Cuker Tampanu aka si Panu, yang membuat si Meli menangis karena mainan diambil paksa. Melihat ini saya langsung marah dan membanting si Panu kekubangan lumpur depan sekolah, hasil akhir saya babak benjot, tapi si Panu babak telor, karena bijinya saya remes sampe dia nangis-nangis gegulingan dikubangan wakakakakakak.
Saya senang, Meli semakin dekat dengan saya, tapi takdir berkata lain, saya diangkut pindah lagi oleh orang tua ke Samarinda. Hebatnya di Samarinda, saya tidak menemukan Meli yang lain.. hiks *soksedih dan kangen pokoknya wakakakakakak.
Nasib jelek berubah, saya diajak pindah ke Kalimantan Selatan, disini saya masuk sekolah baru, dengan teman-teman baru. Disekolah baru ini saya menemukan dua paket cewek pengganti Meli dihati saya, yang satu guru wali kelas saya Ibu Milla, yang kedua paket Diana plus Romana.
Dulu saya pernah cerita sama beberapa sohib kenthir, kalau ibu guru Milla itu selain manis, pinggul yang tertata apik sesuai ukuran roknya, senyumnya itu selalu mampu membuat saya ingin jadi anak murid selamanya di kelas itu. Beliau wanita yang sangat perhatian pada muridnya, banyak kejadian unik dan lucu, gragasan serta bikin rusuh dikelas itu yang saya lakukan, tapi beliau selalu manis marahnya… aaah ibu Milla, kadang waktu itu saya berpikir andai dilahirkan lebih cepat, pasti nih gadis saya nikahin terus saya kawinin wakakakakakakkkk.