Mohon tunggu...
Herry FK
Herry FK Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya Si BODOH... yang berharap menemukan pencerahan dari seberkas cahaya ilmu di Dunia. Kuserahkan separuh jiwa pada asinnya air laut yang melekat dikulitku ~ KENTHIR 049 ~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Jeng Mona] Kurelakan Dia Menindih Tubuhnya...

11 November 2011   07:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:48 2306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diary Jeng Mona #03 : Cinta atau apapun itu kadang menuntut kerelaan yang tak mampu ditembus oleh sisi-sisi ego pelakunya. Dari bundel diary Jeng Mona, beberapa kasus kehidupan cinta, walau jarang terjadi tapi ada dikehidupan nyata, akan disajikan dalam empat sisi Cermin, salah satunya adalah Crotttkidot :

Case three :

Amalludin, seorang pejabat yang cukup berpengaruh dengan segala kuasanya bahkan mampu membuat orang-orang yang tidak disukainya dapat berada ketitik nadir, hanya hukum dari kekuasaan Tuhan saja yang sepertinya mampu menjeratnya kelak. Amalludin telah beberapa kali kawin cerai bahkan saat ini dia memiliki dua orang istri, namun hingga hari ini pula tak satu pun buah hati datang dari rahim istrinya, sehingga pada akhirnya Amalludin menikahi Dhona yang seorang janda beranak satu (*puterinya bernama Alia, yang beranjak remaja). Pikir Amalludin lengkaplah sudah keinginannya memiliki anak, dengan menikahi Dhona maka statusnya kejantanannya tentu tidak akan dipertanyakan oleh bawahan atau lingkungannya pergaulannya lagi.

Siang itu Nyonya Dhona sedang ada acara arisan di lingkungan instansi jabatan suaminya, tanpa sadar Nyonya Dhona sungguh menikmati menjadi istri seorang pejabat bahkan rasanya dia tak ingin sensasi menikmati kepuasan bathin satu ini lepas dari hidupnya. Entah angin apa hari itu acara arisan ibu-ibu pejabat ditunda sebab yang menjadi nyonya rumah siang itu harus pulang ke kampung halamannya karena ibu mertuanya meninggal dunia, maka Nyonya Dhona akhirnya memutuskan pulang kerumahnya dan berencana untuk shopping di sore harinya.

Kediamannya saat ini berbeda dengan saat masih menjanda, karena ketika itu dia tinggal dilingkungan pemukiman padat penduduk, sedang rumah Pejabat Amalludin terletak di salah satu Komplek mewah dikota ini, tentu para tetangganya pun terkesan sangat individual dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Rumah mewahnya sangat luas bahkan garasinya yang terletak dihalaman belakang dilengkapi kolam renang yang mengarah ke gerbang masuk rumahnya, saking luasnya bahkan seringkali penghuni rumah tidak menyadari kehadiran penghuni rumah lainnya ketika pulang kerumah, selain satpam di pos jaga rumah itu.

Meninggalkan Andreaneda supirnya yang cukup tampan untuk ukuran hutan Kalimantan, yang selalu tampak rapi tapi dekil menuju kegarasi, Nyonya Dhona dengan lenggak-lenggok layaknya istri pejabat kelas kakap melangkah masuk kerumah dan langsung menuju kekamarnya, lalu mengganti pakaian (*ngintip ahhh.....). Setelah itu dia mengambil gunting dan membungkus sebuah kado mungil tanda selamat ulang tahun untuk putrinya Alia, lalu naik ke lantai dua rumah itu, namun ketika mendekati kamar puterinya dia lihat pintu terbuka sedikit, betapa terkejut dengan mulut ternganga ketika dia menyaksikan sang puteri sedang ditindih oleh laki-laki berbadan seperti Sapi tanpa baju yang sangat dikenalinya sedang mendesah dan melenguh seakan-akan sedang berada didunia lain. Oh... Alia puteri semata wayang yang selama ini disayanginya saat ini sedang merintih antara sakit atau nikmat? sangat sulit untuk dibedakan oleh telinganya, apakah sedang diperkosa oleh Suaminya si Pejabat bejat atau dengan rela melayani lelaki itu.

Disudut pintu ini, Nyonya Dhona hanya mampu terdiam kaku berada diantara dua pilihan sulit kehilangan suami pejabat yang telah menjadikan dirinya berpuas bathin dengan segala atribut kemewahan dan kehormatan yang tak pernah berani dimimpikannya seumur hidup, atau masuk kedalam kamar itu dan menusuk sapi berkerut itu dengan gunting yang masih ditangannya!.

Namun hanya membatu disudut pintu yang dia lakukan.... hanya membatu!!! Sambil bertanya dihatinya “Relakah aku?”

Diary Jeng Mona (#01) : (Jeng Mona) Kurelakan Dia Menikmati Istriku….

Diary Jeng Mona (#02) : [Jeng Mona] Kurelakan Suamiku Melumatnya

Diary Jeng Mona (#04) : [Jeng Mona] Kurelakan Istrimu Tiduri Suamiku…

Ilustrasi dari uncle google dan modifikasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun