Mohon tunggu...
Herri Mulyono
Herri Mulyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Perguruan Tinggi Swasta Jakarta

Bercita-cita menjadi pribadi sejati yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Website: http://www.pojokbahasa.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Perilaku Ngompol Manula di Inggris

6 Oktober 2015   06:52 Diperbarui: 6 Oktober 2015   06:52 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar: westfieldseniorhousing.com"][/caption]

Dulu waktu baru-baru tinggal di York, mba Dien pernah suatu saat berceloteh, kalau bus-bus yang menuju City centre itu akan tampak beda setelah jam 9.30an pagi. Kok beda? Iya, beda. Karena kebanyakan penumpangnya adalah manula, atau bahasa kerennya senior citizen. Terus menariknya dimana? Hal yang menarik adalah karena para manula tersebut di beri kesempatan untuk menikmati hidup, (kadang) diberi uang saku dan pemandu, perawat dan yang pasti, tiket bus gratis seumur hidup.

Beberapa kali saya lihat bus mengantar para manula hilir mudik disebuah pusat perbelanjaan, yang kebetulan dekat rumah. Kata saya, ini saat nya mereka shopping dan menikmati makan-makan enak. Seorang perawat pria yang juga merangkap supir dengan sigap memandu para manula itu keluar dari mobil dengan tongkat-tongkat, ataupun push chair mereka.

Di negara-negara maju, memang umur untuk life expectancy nya juga cukup tinggi dengan peran negara yang melayani. Bukan justru mengabaikan karena sudah tidak produktif lagi. Justru pada saat-saat hari tua itulah negara memberikan rasa terima kasihnya dalam segala bentuk pelayanan kepada para manula tersebut.

Tapi, tidak berarti pelayanan pemerintah tersebut dapat membelai hati mereka. Negara banyak memberikan perhatian secara fisik dan mental, tapi tidak semua hal dapat di cover tentunya. Tidak juga kebahagiaan dan kenyamanan sebagaimana diberikan oleh keluarga. Seperti kisah Marjorie yang pernah saya tulis beberapa waktu lalu. Siapa yang dapat menggantikan teman bercerita, saling berbagi canda, dan tentunya membelai dikala duka? Tidak ada yang dapat memberikan itu, kecuali keluarga.

Sudah sering saya hitung kejadian ketika naik bus, yang kebetulan duduk dua manula dibangku khusus yang telah disediakan. Tepat di depan saya. Tapi kok ya, .. (maaf) "bau". Kata teman, hal itu memang sudah biasa. Kadang, -lanjut teman saya- para manula itu tidak mandi beberapa hari, dan sering "ngompol". Parahnya, tidak ada yang mengurusi hal-hal kecil untuk seperti itu, seperti menggantikan pakaian dan celana. Boro-boro dipakaikan minyak wangi.

Ah, masa sih tidak ada yang peduli? Kalau menurut saya sih, bukan tidak ada yang peduli, wong kadang home nurse aja sering melakukan kunjungan kok. Saya yakin, itu wujud "cari perhatian" mereka. Mereka ingin di tegur sapa, dibelai, dan ditanya, "Nenek sudah mandi belum? yuk saya carikan pakaiannya"

Kita butuh perhatian, dan memang sangat butuh perhatian khususnya disaat tubuh sudah menua dan tidak berdaya lagi. Pantas saja Rasulullah saw, pernah bernasihat agar kita memperlakukan orang tua kita dengan baik, sebagaimana nanti kita ingin di perlakukan di hari tua. Pun juga, kita diajarkan untuk beradab kepada anak, seperti kita harapkan adab mereka kepada kita di masa senja nanti. Minimal, ada yang menggantikan celana kalau besok-besok kita ngompol. Wallahu alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun