Penelitian dan publikasi merupakan satu diantara tiga dharma perguruan tinggi yang harus dipenuhi oleh setiap dosen. Peraturan Kemristekdikti tahun demi tahun meningkatan standar kualitas dari tugas publikasi dosen sebagai bagian pelaksanaan tri dharma tersebut. Dua tahun terakhir, kualitas publikasi dosen diukur pada seberapa mampu dosen dapat menerbitkan tulisan ilmiahnya di jurnal internasional. Bahkan, untuk jenjang Lektor Kepada dan Guru Besar, beban publikasi internasional ditingkatkan menjadi jurnal internasional terindeks dan berputasi. Kriteria terindeks dan berputasi ini mengarah kepada satu indeksasi: Scopus dan Faktor dampaknya.Â
Dalam banyak aspek, tuntutan Kemrikstekdikti ini sangat positif dalam 'memaksa' para akademisi untuk keluar zona aman standar 'kepakarannya'. Namun bagi banyak dosen, tuntutan tersebut dianggap memberatkan. Terlebih bagi mereka yang sulit untuk keluar dari zona aman tersebut serta mind-set publikasi yang menurut saya masih berada dalam zona 'dosa menulis dan publikasi'.Â
Penggunaan istilah 'dosa' mungkin terdengat begitu ekstrim ditengah hiruk pikuk politik dengan banyak jargon agamis. Dalam konteks tulisan saya ini, dosa saya gunakan untuk merujuk semangat untuk menghindar dari kesalahan.
Saya mengumpulkan beberapa dosa harian dosen ketika melakukan menulis dan publikasi tersebut yang saya ambil dari pengalaman saya menjadi instruktur dan narasumber penulisan karya tulis ilmiah di perguruan tinggi. Dosa harian inilah yang banyak menyebabkan kegagalan dosen dalam menerbitkan karya ilmiahnya pada jurnal jurnal internasional. Beberapa diantaranya adalah:
- Publikasi internasional adalah urusan kenaikan pangkat dan sertifikasi dosen
- Menulis artikel dimulai sebulan dua bulan ketika akan mengisi BKD atau naik pangkat akademik
- Publikasi pada jurnal internasional proses instan. Hari ini submit, dua hari kemudian review, dan seminggu kemudian sudah publish online
- Publikasi internasional urusan uang. Asal berani bayar mahal, pasti dapat publish
- Riset yang dilakukan sudah sempurna dan pasti dapat diterima masyarakat internasional
- Riset yang dilakukan sudah sempurna dan sudah diwaliki dalam laporan
- Riset yang dilakukan sangat kompleks (dengan tingkat kesulitan tinggi) sehingga artikelnya pasti publish di jurnal internasional
- Artikel internasional adalah ringkasan laporan penelitian
- Artikel yang dikirim pasti publish
- Artikel yang ditulis sudah sempurna, tidak perlu di sunting, apalagi meminta feedback dari kolega
- Manulis adalah proses instan. Draft pertama dianggap sudah sempurna dan langsug di submit ke Jurnal. Besoknya tinggal menunggu kabar accepted untuk publish
- Menulis dalam bahasa Indonesia, dan ketika diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dianggap memiliki makna seperti yang dituliskan dalam bahasa Indonesia-nya
- Bahasa yang komplek merupakan bahasa ilmiah kelas tinggi dan bergengsi
- Semakin kompleks struktur tulisan semakin scientific dan bermutu tinggi
- Judul yang panjang dan banyak variable merupakan judul yang berkualitas tinggi
- Artikel adalah pendapat saya, tidak perlu banyak referensi
- Referensi cukup buku, karena lebih tebal dan banyak deskripsi.
Demikianlah sedikit rangkuman saya. Saya akan tambahkan lagi dilain waktu. Bila ada yang kurang mohon tuliskan di kolom komentar sehingga bisa saya update database diatas.
Salam dosen berkemajuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H