Mohon tunggu...
Herri Mulyono
Herri Mulyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Perguruan Tinggi Swasta Jakarta

Bercita-cita menjadi pribadi sejati yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Website: http://www.pojokbahasa.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggoreng Polemik dengan Menyajikan Berita Basi

15 Desember 2015   05:59 Diperbarui: 15 Desember 2015   09:52 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Gambar: Koran Sindo, 8 Desember 2014"][/caption]Sebagian guru merasa resah, karena terdengar kabar tentang rencana pemerintah kembali ke Kurikulum KTSP 2006. Broadcast pada BBM, WA, Link, copy-paste berita ataupun screenshot di forward dari satu group ke group lain, dari satu individu dan individu lain. Kabar tersebut beredar begitu cepat dan, sudah pasti, ujungnya menjadi polemik di kalangan guru. 

Padahal, berita yang menjadi polemik bagi guru-guru ternyata berita lama atau sudah basi. Para pembaca dapat menemukannya dibeberapa link media massa, seperti pada Sindonews dan CNN. Sayangnya, entah bagaimana ternyata berita 'basi' ini mampu menciptakan polemik di masyarakat pendidikan seperti pada komunitas guru.

Krisis literasi informasi 

Sepertinya si pembuat polemik sadar betul kelemahan pada masyarakat kita, yaitu krisis literasi informasi media. Krisis literasi model inilah yang mennyebabkan meluasnya penyebaran berita-berita palsu ataupun berita lama yang disengaja untuk menciptakan 'teror' psikis kepada masyarakat. Mengutip ucapan Sohibul Iman (Twitter, 7 Agustus 2015), bahwa "melimpahnya informasi kadang membuat kita seperti orang bodoh. Dengan mudah kita share informasi-informasi sampah, bahkan dengan informasi-informasi itu kita tebar caci dan fitnah." Hal ini seperti yang saya tuliskan pada opini saya di Kabar Priangan yang lalu, yaitu disebabkan oleh perilaku tidak sehat sebagian masyarakat kita yang membagiakan berita tanpa pertimbangan karakteristik media dan informasi. Miskinnya pertimbangan sebelum membagikan berita inilah yang kemudian saya sebut sebagai fenomena buta informasi. 

Seperti saya tuliskan dalam artikel diatas, buta informasi merupakan sebuah kondisi ketika seseorang absen dalam memilah milah, memahami dengan benar, ataupun alpa dalam mengevalausi informasi (ataupun makna/pesan) yang dibacanya. Kondisi ini kemudian di perparah dengan perilaku tidak bijak dalam membagikan berita, dengan atau tanpa niat buruk.

 

Manfaatkan Google

Fasilitas Google sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menghambat ataupun mencegah terjadinya polemik di masyarakat. Asal, si pembaca broadcast mau, dan memiliki itikad memberantas buta literasi informasi mulai dari dirinya sendiri. Caranya hanya tinggal copy paste judul berita atau sebagian berita yang dibagikan oleh teman atau anggota komunitas. Dari sana akan terlihat, asal muasal berita (berdasarkan tanggal terbitnya) serta kita juga dapat menelusuri sumber sebuah ucapan ataupun pernyataan. Sehingga, kitapun kemudian dapat membuat penilaian (pertimbangan) apakah berita tersebut akan diteruskan ataupun harus di hentikan karena berpotensi meresahkan. Dengan demikian, kita setidaknya sudah mencegah sebuah kemungkaran.

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun