Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Festival Budaya Kabupaten Kupang

30 Agustus 2024   18:53 Diperbarui: 30 Agustus 2024   18:55 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: kiriman Kirana Radja Edo

Jenis lomba ini disasarkan kepada para guru. Hal ini bermaksud agar para guru pun dapat menjadi penampil-penampil yang mengedukasi muridnya. Guru seharusnya memberi contoh/keteladanan ketika berlatih: kekompakan, sinergikan perbedaan ide/inspirasi, perpaduan warna suara dan musik pengiring, gerak tampilan, busana dan lain-lain. Bila kelompok guru mampu menampilkan hal-hal yang demikian, kiranya para murid akan termotivasi untuk lebih giat belajar dan berlatih dalam berkesenian.

Pelaksanaan Festival dan Lomba

Tari dan lagu; kolase, Roni Bani
Tari dan lagu; kolase, Roni Bani

Animo guru dan peserta didik untuk mengikuti perhelatan ini sangat besar,walau tidak semua PAUD/TK, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama yang disasar turut mengambil bagian.  Hal ini terjadi oleh karena beberapa faktor penghambat:

  • jarak tempuh. Jarak terjauh dirasakan oleh sekolah-sekolah di Amfo'ang Raya (6 kecamatan). Hanya satu sekolah saja yang berani mengambil resiko menempuh jarak jauh uuntuk tiba di Babau Kecamatan Kupang Timur, yakni SMP Negeri 1 Amfoang Tengah. Dua hari rombongan ini berada di sana. Sementara itu mereka yang berada di pulau Semau harus menyeberang selat  Kupang.
  • kesiapan guru dan peserta didik. Guru wajib melatih peserta didik untuk tampil pada jenis lomba yang dipilih. Misalnya sekolah memilih natoni, tutur sejarah pemerintahan Kabupaten Kujpang dan tari kreasi baru serta kelompok vokal (VG). Maka guru perlu menulis naskah dalam bahasa daerah, menerjemahkannya. Guru dan peserta didik yang ditunjuk untuk mengikuti lomba tutur sejarah pemerintahan Kabupaten Kupang harus melakukan "riset" dokumentasi secara cepat; ditulis dan dilatihkan . Demikian tarian, peragaan busana daerah, dan kelompok vokal oleh para guru.
  • Hambatan yang paling menonjol yakni penguasaan bahasa daerah. Rerata guru telah "meninggalkan" bahasa daerahnya. Sementara ada peserta didik masih menggunakan bahasa daerah. Rerata peserta didik di Kabupaten Kupang berbicara dalam dua bahasa (bilingual) dalam kesehariannya. Masyarakat beranggapan bahwa menggunakan Bahasa Melayu Kupang itu sudah berbahasa Indonesia. Lalu ditambahkan pula dengan menggunakan bahasa daerah sendiri. Kalangan masyarakat dalam Kabupaten Kupang menggunakan Uab Meto' dalam ragam versi: Amarasi-Kotos, Amarasi Roi'is, Timaubas, Amfo'an, Sonba'is, Kopas, Helong (darat dan Semau), Ketun. Komunitas etnis Rote menggunakan bahasa Rote versi daratan Timor Barat; demikian pula etnis lainnya seperti Hawu (Do Hawu/Sabu), menggunakan Bahasa Hawu/Sabu (Li Hawu) dan lain-lain.

Suasana penyerahan hadiah; kolase; Roni Bani
Suasana penyerahan hadiah; kolase; Roni Bani

Mengobati Luka Kekecewaan Peserta

Pada hari pertama diadakan lomba Natoni dan Tutur Sejarah Pemerintahan Kabupaten Kupang. Pada hari kedua pelaksanaan festival di dalamnya terdapat lomba bernyanyi dalam kelompok vokal untuk guru, tarian kreasi baru untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama, Peragaan busana untuk PAUD?TK dan Sekolah Dasar.

Penjurian dilakukan oleh dua tim juri yang ditugaskan panitia. Maka, pengumuman dan pembagian hadiah dilakukan segera sesudah pelaksanaan lomba pada hari pertama. Sementara pada hari kedua, pengumuman dan pembagian hadiah dilakukan sesegera mungkin untuk menghemat waktu dalam rangka seremoni penutupan.

Penutupan festival budaya daerah Kabupaten Kupang dilakukna oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, Dr. Eliazer Teuf.

Ketika para peserta mulai meninggalkan lokasi festival, whatsapp grup yang dibuat untuk maksud melancarkan informasi dan komunikasi, justru penuh dengan nada kekecewaan. Para peserta kecewa pada penilaian juri. Beragam alasan disampaikan di sana. Maka sebagai yang pernah menjadi juri saya beri dua puisi untuk mengobati luka kekecewaan mereka.

Senja telah berlalu,
Angin perbukitan merayap turun
menuruni lereng Sismeni menuju Babau
Di sana ia menyapa kaum dan puak
Memeluk mereka dalam sayangnya
Kaum dan puak bergidik sebentar
Hendak menunjuk lemaslah raga
Mau berteriak ingat karakter insani
Maka berpelukanlah dalam peluh
Nurani mengukir kisah berprasasti
Ingatan jatuh pada prestasi
Animo hendak menaikkan gengsi
Salam jabat dan peluk cium
Saling eluk telah berakhir
Memaafkan itu manusiawi
Kebersamaan ada di kenangan

Beberapa anggota WhatsApp merespon dengan emoji tertentu, dan ada pula yang sempat memberikan komentar seperti ini.

Terima kasih bapa bo'i suek ini puisi bikin hati teduh dalam kepasrahan memang pokoknya semua anak TK PAUD SD SMP yang su ambil bagian dalam festival semua anak2 hebat dan terbaik dari Kabupaten Kupang, dorang mau tampil disaat anak-anak lain asyik main game free fire, itu sudah luar biasa. Tidak ada yang kalah dan menang, semua anak sama-sama pemenang (sumber: +62-812-3668-9xxx)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun