Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merdeka dalam Lintasan Sejarah (1)

15 Agustus 2024   07:55 Diperbarui: 15 Agustus 2024   08:56 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Merdeka dalam Lintasan Sejarah (1)

Wahai Sahabat
Aku duduk di sini menyaksikan aksara beterbangan
Aku menangkap beberapa aksara bernilai sejarah
Pada bangsa yang kekar mencabut akar imperialis dan kolonialis
Hendak kuceritakan padamu, sahabat

Dalam lintasan waktu beratus tahun lampau
Bangsa-bangsa nusantara mandiri dan berdaulat
Diadukan bagai ayam sabung devide et impera
Hingga kesadaran lahir di dalam darah nasionalisme
Bersatulah daerah ketika kaum muda menggerek bendera para Jong
Jong Java, Jong Selebes, Jong Sumatran, Jong Ambon, Jong Timor
Ragam kaum muda berikrar akhirnya menemukan jati diri Indonesia

Geger imperialis dan kolonialis
Cakarnya ditajamkan, cengkeramannya ditambahkan
Makin menguat dalam raga bangsa bersatu
Darah menyembul menyiram pangkuan pertiwi
Pertiwi meringis dalam duka berkepanjangan
Berguguran anak negeri manakala mekar di pucuk perjuangan

Imperialis dan kolonialis makin tegar berbedil
Moncong meriam muntahkan ancaman kematian komunitas
Gugur satu tumbuh seribu berjejeran maju pantang mundur
Teriak merdeka mengantar nyawa lebih baik mati berkalang tanah
Perlawanan bercendawan di seantero nusantara mengusir kolonialis
Penundukan mengawan di titik-titik imperialis penguasa ekonomi
Tikar tak sempat digulung, kancing terbuka memberi ruang kencing
Berlarian sambil mnggerutu ketika Dai Nippon menggempur Pasifik

Merdekakah?

Belum!
Dai Nippon merajai arena dengan samurai berdaya magis
Lalu tertunduk manakala Hiroshima Nagasaki meraung ratap
Metamorfosis indah kehidupan menjadi buruk rupa tak terbilang
Pulanglah Dai Nippon menunduk pada Sang Adikuasa mandraguna
Proklamasi berkumandang memekakkan telinga kolonialis
Sang kolonialis membalik arah badan berboncengan kawan
Pecah agresi militer melintas konferensi menghias negeri Proklamasi

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun