cerat buana lebar
tanpa suara nan bunyi, diam lengang dan hening
mulut-mulut kecil berisik mengusik keheningan cerat buana
isak tangis masih terdengar sesunggukan di sudut bersisian
kemasan jasad digerakkan perlahan, penuh kehati-hatian
hingga tiba di dasar cerat buana yang menanti dalam kebisuan
Anak-anak masih sesunggukan
kerabat masih membengkak kelopak mata
bola mata sahabat masih memerah padam
di kejauhan terdengar kicau burung senja
bagai sedang menyambut penghuni baru di sini
pekuburan kaum dan puak se-kampung
Siapa merindukan ditelan mulut buana?
hendak dijadikan apa olehnya di sana?
tidakkah ia membolak-balikkan badannya?
ataukah sekadar duduk mengaso?
Kaum beriman pada Sang Khalik Ilahi
menyapa kudus dan mulia hadirat-Nya
dalam keyakinan yang kokoh nan teguh
di balik sana ada gerbang kekekalan
bagi roh yang pernah dihembuskan dalam raga
roh itulah yang kembali pada Sang Khalik Ilahi.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 11 Juli 2024
Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H