Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Book

Editor dan Buku Serpihan Kebudayaan Masyarakat Pah Amarasi

8 Mei 2024   17:34 Diperbarui: 8 Mei 2024   17:37 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Kadis P dan K Kabupaten Kupang; Foto: dokpri, Roni Bani

Pengantar

Menulis buku tentang Masyarakat dan Kebudayaannya membutuhkan waktu yang amat panjang. Riset sederhana (hingga serius) dengan pendekatan pengamatan dan sekaligus berada dalam ranah praktik budaya, mengantarkan saya untuk tiba pada himpunan catatan. Himpunan catatan itu selanjutnya dibawa dalam beberapa kali seminar untuk mendapatkan kritik dan tambahan catatan menarik. Selanjutnya himpunan catatan itu dibaca oleh beberapa orang yang  paham kebudayaan masyarakat di mana catatan-catatan itu menjadi objeknya.

Satu buku berjudul Serpihan Kebudayaan Masyarakat Pah Amarasi terbit pada Mei 2023. Dua orang rekan menjadi Editornya. Editor pertama saat itu menjabat sebagai Kepala Bagian Tata Pemerintahan pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kupang, Dr. Eliazer Teuf, S.Pd dan seorang lagi Pegiat Literasi yang berdomisili di Solo, Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.

Hari ini, Rabu (8/5/24), ketika berada di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, saya bertemu dengan Dr. Eliazer Teuf. Kami berbincang beberapa saat, kemudian kepadanya buku ini diserahkan.

Pengantar Editor

Sebagaimana yang ditempatkan di dalam buku Serpihan Kebudayaan Masyarakat Pah Amarasi, berikut saya kutipkan apa yang disajikan oleh Sang Editor sebagai opininya terhadap buku ini.

Saya begitu tertarik, ingin segera membaca buku ini. Satu karya fenomenal yang ditulis oleh Heronimus Bani, S.Pd.M.M (Pak Roni) berjudul Serpihan Kebudayaan Masyarakat Pah Amarasi, karena kata serpihan sengaja dipilih dan ditempatkan mendekat pada frasa kebudayaan masyarakat pah Amarasi, agar memberi makna pada judul buku di atas bahwa isi buku ini hanya sebagian kecil (serpihan) saja cerita tentang budaya Amarasi. Di luar sana masih terdapat banyak hal yang perlu diangkat yang tidak dapat disajikan di dalam buku ini. Orang kebanyakan ingin hal yang besar tetapi lupa pada hal yang kecil, padahal berdampak besar pada kehidupan manusia.

Buku Serpihan Kebudayaan Masyarakat Pah Amarasi sebagai daya pengungkit dalam memberi "rangsangan sensual" agar mengenal kebudayaan masyarakat Amarasi sebagai satu entitas budaya untuk ikut memperkaya keanekaragaman budaya bangsa. Ada hal menarik dari buku ini yakni penulis menyajikan kata kunci dalam Bahasa asli (daerah) dan diikuti dengan terjemahannya, tentu dengan tujuan agar pembaca tidak kesulitan dalam memahami isi buku ini.

Buku yang ditulis Pak Roni merangsang saya membuat catatan ringan untuk turut mengisi ruang kecil dari buku ini. Pertama, buku ini berisikan lahirnya sebuah negeri (Pah) yang di atasnya dihuni oleh masyarakat yang berbudaya. Kedua, setelah lahir dan besar atau matang secara fisik dan psikis manusia akan berhubungan dengan perkawinan (rais matsaos, mafe'e-manone'). 

Ketiga, dalam kehidupannya sebagai manusia ia tidak luput dari penyakit (menas), Keempat, pada akhir kehidupan sebagai manusia ia akan berurusan dengan hal kematian dan upacara penguburan jenazah (subat). Kelima, secara ringkas buku yang ditulis oleh Pak Roni ingin memberi gambaran kepada pembaca bahwa begitu pentingnya mengenal dan mengetahui sejarah negeri, masyarakat dan budaya serta suka-duka yang dialaminya sebagai bagian yang utuh atau tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, dalam masyarakat Pah Amarasi sehingga buku ini ditulis.

Budaya Amarasi dan hal-hal esensial lainnya terkait kehidupan orang-orang Amarasi (atoin (katoin) nai' Rasis) yang selama ini dipraktekkan berdasarkan tuturan belaka, tidak didasarkan pada suatu dokumentasi, sehingga bisa jadi muncul perdebatan kusir dalam suatu pertemuan adat atau perkumpulan karena masing-masing dengan cara pandangnya. 

Tidak ada rujukan (referensi) yang jelas dan tetap. Karena itu pantas dan layak diberi apresiasi yang tinggi kepada Pak Roni yang menulis buku Serpihan Kebudayaan Masyarakat Pah Amarasi untuk dijadikan referensi bagi para pembaca, sehingga saya ingin mengajak kita sekalian untuk membaca buku ini sampai tuntas. Terima kasih. Tuhan memberkati.

Demikian opini Sang Editor. Semoga menginspirasi para sahabat pembaca.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 8 Mei 2024

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun