Pagi-pagi sekali
ketika kabut telah menyingkir
Hari menebar senyum dan tanya
Ia bertanya pada kelelawar dan hantu
mengapa kamu baru pergi tidur?
Memang waktunya untuk kami tidur
Tak tahukah kamu, kami ini burung malam?
Kami bekerja di waktu malam, istirahat di waktu siang.
Mata tajam menembus kegelapan
terpejam nian saat mentari mengelus pagi.
Hari berpaling pada elang yang melintas
Mengapa kamu bentang sayap dan terbang tinggi?
Tak tahukah kamu, semua bangsa burung terbang tinggi?
Insan manakah yang dengan mudah menangkap?
Walau ada di antara kami yang berbaring di semak
Kupastikan padamu, mereka akan berombongan saat bergerak
Hari berpaling pada insan
Hai insan ciptaan mulia nan sempurna,
Mengapa kamu sibuk sejak pagi hingga larut malam?
Tidakkah kamu sadari ada pembagian waktu padamu?
Waktu untuk bekerja dan waktu untuk istirahat?
Kaum pekerja memberi jawab
Kami membagi waktu dalam tiga bagian
Tiap bagiannya delapan jam
Delapan jam bekerja penuh
Delapan jam bersama keluarga  batih dan kerabat
Delapan jam untuk berisirahat.
Tetapi, kami terpaksa melangkahinya
Seluruh waktu kami pakai untuk bekerja
Istirahat pun kami pakai hingga tubuh pun lemas
Pucat pasi menunggu saat pingsan
Atas tuntutan zaman ini
Zaman digitalisasi tanpa batasan
Zaman di mana ada batas akhir tuntutan
Hari kembali pada lintasannya
menyapa waktu beriringan dalam senyum
Insan kembali pada tanda dan signal
merayu semuanya agar dapat berkolaborasi
namun tak dihiraukannya,
berhubung ia ditata dalam sistem
yang tiada dapat tersenyum
apalagi bekerja sama
Umi Nii Baki-Koro'oto, 31 Januari 2024
Heronimus Bani
Umi Nii Baki-Koro'oto, 31 Januari 2024
Heronimus Bani