Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ucapan Selamat Ulang Tahun dari Mereka

11 Januari 2024   17:19 Diperbarui: 11 Januari 2024   17:29 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak pagi hari ini, sebelas Januari tiba. Seorang anak mengirim sehelai foto, seorang anak berikutnya menghiasnya. Tampilan foto terlihat menarik, menginspirasi anggota WhatsApp Group. Berikutan dalam jejeran aksara, masing-masing anggota WAG menyapa ramah, rasanya semua anggota WAG rindu mencium dan memeluk.

Selamat Ulang Tahun, semoga panjang umur dan sehat selalu

Begitulah kalimat yang ditulis oleh seorang anak pada foto yang dipoles menarik. Sebelumnya anak yang mengirim foto menulis dalam Bahasa Bali yang tentu saja tak dapat dimengerti oleh seluruh anggota WAG.

Rahajeng wanti warsa ajik

Siapa yang sudah mengetahui artinya? Ketika untuk pertama kalinya kalimat itu ditulis, semua anggota WAG menduga saja, tentu maksudnya untuk menyampaikan selamat ulang tahun. Lalu, kalimat itu selalu dipakai setiap kali ada anggota WAG berulang tahun. Mengapa anak yang satu ini memakai Bahasa Bali? Apakah dia lancar berbahasa itu? Tidak! Kebetulan saja dia sedang berada di Denpasar, sehingga dia belajar tertatih-tatih menggunakan bahasa itu. Hehe...

Anggota WAG dalam keluarga besar Umi Nii Baki-Koro'oto menyampaikan selamat hari ulang tahun. Hal yang sama terjadi pada WAG Unit Bahasa dan Budaya GMIT Kupang. Rekan-rekan kerja baik yang relawan maupun karyawan memberi ucapan selamat yang sama sambil mendoakan kesehatan dan keberkatan. Mereka tersebar di daratan Timor Barat, Alor, Rote, Sabu, bahkan yang dari luar negeri: USA  dan Australia. Satu hal yang membesarkan hati. 

Sebagai yang menerima ucapan selamat, Pemulung Aksara bersyukur pada Tuhan dan berterima kasih pada semua kerabat dan sahabat yang menyalami dan mencium dari jauh.

Ucapan selamat tidak berhenti pada WAG, tetapi datang pula dari lorong-lorong WhatsApp individu. Respon pada mereka dari Pemulung Aksara, sama. Bersyukur pada Tuhan atas doa dan terima kasih untuk atensi pada hari ini.

Tetiba satu titik karsa tiba di benak, lalu lahirlah untaian diksi ini berikut ini. Pemulung Aksara menempatkan untaian diksi ini pada WAG puak  Umi Nii Baki-Koro'oto. Begini bunyinya:

Baca juga: Tangan Politik

Lima puluh enam tahun sudah kujalani dan kususuri waktu
Entah berapa banyak sukanya dan berapa jumlah dukanya
Entah menghitung langkah maju dalam karya, entah menelisik goresan karsa
Menduga ada kehilangan asa, ya, ketika ibunda terkasih yang menyusui pergi
Menyangka sirnanya sandaran, ya, ketika ayahanda terhormat yang mengayomi pergi

Dalam kebesaran jiwa
puakku berada dalam barisan melingkari harapan bersama
puakku bergandengan menyusuri detak waktu yang maju
dengan karsa berpengharapan pada waktu di depan sana
generasi baru meraih kecemerlangan impian
sambil memelihara kehidupan berbudya khas

Uisneno
mneek ma mumnau kai, tua
muhiin ma mukeo maan hai neekm ein, tua
muskau ma mu'aifat kai, mkai ma mu'fafa', kai, tua
mutii' ma mu'ait kai mtea neon reko ma amasat, tua
maut he sufa'-ka'uf re' Ho mupara' kai sin nateut ma ntuna' Ho kanam, tua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun