Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kukuliti Waktu

31 Desember 2023   21:02 Diperbarui: 31 Desember 2023   21:10 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kukuliti bungkus kulit tebal waktu
lembar-lembar waktu kulepas, lepas, pergi, berlalu
membawa kisah dan kesan, warna cemerlang ada di sana
warna kusam pun berada bahkan hitam pekat dengan kisah pilu
tanpa jendela dan celah masuhknya cahaya

Kukuliti lagi, lagi dan lagi lembar-lembar waktu
di sana lembar-lembar itu diduduki tokoh-tokoh
mereka memerankan peristiwa mencengangkan dunia
kata dan akta yang menggelegar, mengangkasa lalu membumi
membangkitkan motivasi digdaya adikuasa superpower
Pula kata dan  akta yang mencekam, mencengkram, mengancam
menyembelih hingga membunuh karakter insan

Kukuliti berkali-kali lembar-lembar waktu
di sana tergambar pemandangan alam membentang
luas, mahaluas tak terbatas, laut dan lautan samudera
dipunggungi sampan, perahu layar, kapal-kapal berbendera
gaungnya berkompetisi memamerkan kekuatan dan kuasa
menebar hantu ketakutan menyelam, mencuri dan menghancurkan

Angkasa mahaluas, tinggi, tinggi dan sangat tinggi
awan berarak dapat dihalau dilewati oleh burung-burung bermesin
dengan bunyi makin kencang, kencang melebihi suara tercepat
membawa karya produk berteknologi tinggi ke angkasa dilepas
memberi manfaat pada dunia, kemudahan, kemanjaan

Bentang alam berbukit dan bergunung mati dan hidup
lereng-lereng hingga lembah-lembah berkanal kali dan sungai
kenikmatan disebarluaskan sejauh pandang bola mata
nun di sana tersisakan ratap dan tangis bila letusan merengsek kota dan kampung
banjir normal, banjir bandang, puso dan gagal panen  di bumi agraris

Kukuliti waktu lagi dan lagi di sana
kaum dan puak bergerombol atas nama partai
menanam injeksi ide dan gagasan, ideologi dan falsafah
menarik konglomerat naik pentas kemegahan tawarkan kemewahan
pada kaum penghuni kolong kemelaratan menadahkan tangan
mendapatkan kartu berjejeran di bibir tanpa senyuman
menyodorkan isi kartu dengan sepat air muka

Kukuliti bungkus dan lembar-lembar waktu seterusnya
berjuta kisah mengesankan dan mengenaskan terjadi
kolong langit dipenuhi kemaslahatan dan kemaksiatan
selangkah hendak maju selingkuhan berdampingan
memainkan kartu jegal menjegal dengan ide berpolemik
menghadang laju memaparkan statistik riset penista pentas
akahkah dunia mencapai kebahagiaan sebagaimana impiannya?

Umi NiiBaki-Koro'oto, 31 Desember 2023

Catatan: refleksi akhir tahun 2023 dalam keterbatasan pengetahuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun