Kaum peladang telah pergi ke ladang-ladang yang sudah disiapkan untuk musim tanam ini. Matahari masih sangar memberikan cahayanya ke permukaan bumi. Awan tak rela memanggangkan dirinya sebagai penghalang cahaya matahari. Mereka memilih untuk menepi, membiarkan langit makin tinggi naik dalam kepongahannya.
Kaum perempuan desa mengeluhkan ketrampilan menenun. Hasil tenunan terjual dalam tangan penghutang. Hendak menagih, penghutangnya saudara sendiri, malu. Tiada menagih, api di tungku dapur haruslah dinyalakan untuk menanak nasi dan lainnya untuk disuapkan pada anak-anak dan anggota keluarga. Padahal, anak sekolah menadahkan tangan setiap pagi meminta uang jajan. Ketika ibu menolak, anak akan berkata, "Itu anak di televisi minta uang jajan tiap pagi!"Â
Akh...
Fajar menyembul alam desa bersajaha menjadikannya bergeser nilai dan gaya.
***
Matahari terus bergeser dalam gerak semu yang tak terlihat. Para ilmuwan telah menyampaikan bahwa matahari tidak bergerak, namun ia menjadi pusat tata surya. Para planetlah yang bergerak mengelilinginya. Bumi salah satunya. Belahan bumi di Timur akan melihat matahari, sementara di Barat sana gelap malam menyelimuti, dan pada waktu berikutnya ketika di Timur sedang berselimutkan malam, di belahan bumi lainnya sedang mengalami siang.
Akh... begitulah para ilmuwan menyampaikan dan telah menjadi pegangan insan sejagad.
Malam tiba, gelap membungkus mayapada. Langit tak berbintang pada posisi pandang terbatas. Awan berarak menutupi pandangan dan akhirnya hujan pun turun.
Banyak wilayah di Timor sedang menadahkan tangan memohon curahan air dari langit. Curahan itu datang dengan memilih tempat tertentu bagai sedang jatuh cinta di sana.
Pagi hari, terlihat senyuman muka bumi di mana curahan air dari langit mengguyur dirinya. Pepohonan dan makhluk hidup dalam dalam gaya masing-masing. Bayu masih duduk di dalam sarangnya. Ia belum beranjak untuk bertiup entah akan sepoi atau kencang.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 2 Desember 2023Â