Burung-burung berkicau di rerantingan. Mereka meloncat-loncat dari ranting ke ranting dan dahan ke dahan. Sesekali paruh diarahkan untuk mematuk serangga sarapan pagi. Lalu terbang mendekati pasangan masing-masing. Cengkrama, bergurau dan terbang lagi. Beberapa di antaranya masuk ke perkampungan, bertengger pada rentangan kabel listrik. Mantap.Â
Unggas peliharaan telah tiba di permukaan. Mereka mematuk biji-bijian yang dihamburkan pemiliknya. Jantan menunjukkan kejantanannya pada sejumlah betina yang mengitarinya. Pemandangan yang alamiah dan biasa saja. Seekor berlari kencang mengejar belalang sembah yang terbang menuju dedaunan hijau. Ia tidak sempat tiba di ranting kecil tempat menempelnya tunas muda itu. Sang jantan mendapatinya, mematuk dan mulai mencabik-cabik tubuhnya.
Seekor betina baru saja turun dengan belasan ekor ciak yang berhasil dieraminya. Ia memanggil-manggil para ciaknya. Para ciak menciap-ciap, "ciap, ciap, ciap." Â Lalu berlarian ke sumber suara induknya. Induknya mengais-ngais menemukan pakan halus untuk para ciaknya. Beberapa saat setelah bersibuk ria, terlihat para ciak sudah dapat menyesuaikan dengan lingkungannya yang baru. Sebelumnya mereka terkurung dalam sangkar, berada di bawah ketiak sayap induknya. Kini mereka akan masuk dan keluar dari ketiak induknya setiap hari hingga tiba waktunya untuk disapih.
Fajar pagi telah menyembul. Alam desa bersahaja telah dipoles.Â
Pemukiman teratur rapih dan indah sejak pertama kalinya desa ini dihuni oleh pendudduk yang dipindahkan dari kampung-kampung genealogis. Kampung-kampung itu telah menyatu dalam satu wilayah administrasi desa. Masyarakat kampung-kampung yang semula genelogis kini telah berbaur. Pembauran ini terjadi atas terbukanya isolasi kampung, kemauan untuk bergeser maju sambil berusaha melestarikan kepemilikan tertentu yang kiranya bermanfaat bagi masyarakat desa.
Bila terjadi peristiwa kematian, berbondong-bondong masyarakat menuju ke rumah duka. Di sana mereka turut larut dalam duka keluarga. Penghiburan diberikan, penguatan diterimakan dengan kata motivasi dan doa berpengharapan pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Berpuluh tahun sudah masyarakat desa di sini melakoni hal ini.Â
Bila terjadi peristiwa yang mengantarkan sukacita, prioritas jatuh pada pernikahan yang memakan waktu, tenaga dan materi. Anggota-anggota masyarakat, terutama keluarga-keluarga akan bersemangat untuk menyelesaikan urusan pernikahan sebagaimana tuntutan norma. Pesta pernikahan yang menelan anggaran besar, menaikkan derajat kemanusiaan, walau tak jarang pula di sana ada degradasi harkat akibat keteledoran.
Alam desa akan terus menjadi saksi atas berbagai hal yang sedang terjadi di desa. Kendaraan dalam segala jenisnya telah tiba, lalu-lalang di atas aspal butas yang licin melancarkan perputaran roda. Pengguna jalan menebar senyum dan tawa. Kehati-hatian hanya dimiliki orang tertentu, sementara yang lain merasa tiada perlu lagi berhati-hati atas alasan lebar jalan yang lumayan baiknya.
Fajar menyembul alam desa yang bersahaja. Fajar mengantarkan nur kemanjaan, padahal di dalam kawasan hutan telah bopeng akibat kerakusan insan perambah hutan. Masyarakat yang bersahaja bermetamorfosis menjadi munafik. Wajah bagai lesu mendulang ketidakadilan alam dibarengi senyum saat mengambil hasil dari dalam hutan.
Setiap pagi para siswa bergegas ke sekolah mulai dari PAUD/TK, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian. Satu desa dengan sejumlah unit sekolah yang melengkapi dan melingkari warganya. Pilihan memasuki dunia pendidikan pada anak-anak setelah menamatkan sekolah dasar akan menuju ke salah satu dari dua unit sekolah menengah pertama. Ketika menamatkan sekolah menengah pertama ada pilihan antara sekolah menengah atas umum atau sekolah menengah atas kejuruan dengan pilihan jurusan musik, broadcasting, dan tari. Pada masa depan ada harapan masyarakat dan pemerintah desa, banyak anak muda akan berkarir mandiri, bila mampu menyerap aspek-aspek pendidikan ketrampilan yang diprosesbelajarkan di sekolah.