Senja baru saja melintas pergi bersama bayang-bayang kecemasan dan keresahan. Udara pada senja yang pekat tak rela memberi ruang gerak pada tubuh yang kegerahan.Â
Anak-anak bermain bola di halaman rumah. Bola bergulir hingga memotong jalan aspal butas yang baru saja direkatkan.Â
Sementara itu kaki bergegas dari kaum lelaki yang pulang dari ladang. Kendaraan roda dua tanpa lampu dan ragam onderdil yang tak dimiliki pun tak mau kalah menikmati aspal butas baru di desa.
Senja berbisik ke daun telinga Sang  Waktu tentang kegerahan insan manusia. Mereka gerah hingga setiap kujur badan dipastikan sedang terbuka pori-porinya.Â
Dari lubang-lubang halus itu muncrat titik-titik air membasahi kulit tubuh. Lalu segera dihembus angin senja. Kering.Â
Setumpuk daki berserakan saat tangan-tangan kecil para bocah  kampung menggosok-gosok badan. Ada senyum ceria di sana  karena kegembiraan bermain bola ala anak kampung.Â
Orang tua mereka memanggil-manggil. Mereka bagai tak bertelinga. Bola terus dimainkan dari kaki ke kaki walau tak seindah pesepakbola profesional.Â
Seseorang di antara mereka menyebut gaya bermain dari pesepakbola internasional. Messi, Christiano Ronaldo. Wah, mulut mereka begitu lancar menyebut kedua pesepakbola beken ini. Tiba-tiba...
"Gol... goool... !"Â
Seorang anak memasukkan bola ke gawang lawan. Ia bersama teman-temannya melakukan selebrasi ala Christiano Ronaldo.Â