Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jamuan Makan Rabi Yesus dan Jamuan Makan Presiden Joko Widodo

3 November 2023   17:38 Diperbarui: 3 November 2023   19:56 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jamuan Makan Rabi Yesus, Jamuan Makan  Presiden Joko Widodo

Pengantar

Jamuan makan, entah pada pagi hari, siang hari, atau malam hari; sebutannya akan berbeda bila menggunakan Bahasa Inggris. Breakfast, lunch, dinner. Tiga istilah dalam Bahasa Inggris untuk jamuan makan pagi, siang dan malam, namun akan berbeda nuansanya ketika jamuan makan itu dilakukan untuk suatu tujuan tertentu. Misalnya dalam rangka syukuran pernikahan, public menyebut, resepsi. Bila mengajak untuk bertemu di suatu tempat yang khusus menyediakan minum (dingin, hangat dan panas dengan segala rasa), mungkin ada yang menyebut, kopi pagi, dan lain-lain sebutan.

Para penguasa pemerintahan (raja, ratu, kaisar, sultan, presiden, perdana menteri, dll sebutan jabatan) di segala zaman dipastikan mempunyai cara untuk memberi pelayanan terbaik pada para tamu, selain menerima mereka dengan senyum keramahan ketika bertemu, sapaan formal selamat datang, dan akan lebih nyaman bila dilanjutkan dengan jamuan makan. Biasanya dilakukan pada malam hari. Jamuan makan itu tidak sekadar hendak menunjukkan keramahan, namun nuansa politik menjadi bayang-bayang yang mengikutinya. Maka, para ahli semiotik dan pengamat akan membaca gestur, lalu membahasakannya di ruang publik. Jadilah publik mengkonsumsi entah dengan saringan atau menelannya secara bulat dan utuh. Semua itu kemudian berdampak pada persepsi dan asumsi.

Alkitab mencatat salah satu di antara jamuan makan yang dilakukan bukan oleh para pembesar, di antaranya jamuan makan yang disebut Perjamuan Suci terakhir Yesus bersama para murid-Nya. Yesus sebagai Rabi/Rabuni/Guru dipandang oleh masyarakat penganut agama Yahudi pada waktu itu sebagai orang dengan kelas biasa-biasa saja. Kastanya tak lebih tinggi daripada para pemuka agama Yahudi, ahli Taurat hingga gubernur/wali negeri dan raja. Ia mengadakan suatu jamuan makan yang amat sederhana dan berkesan. Tempat di mana acara itu berlangsung disiapkan oleh orang yang sederhana. Makanan yang disediakan pun sesuai konteks perayaan Paskah masa itu.

Dalam masa di mana masyarakat Indonesia sedang berada di dalam lintasan waktu penyelenggaraan pemilihan umum, Presiden Joko Widodo mengajak tiga calon Presiden yang telah resmi mendaftar untuk semeja dalam jamuan makan siang. Gestur mereka dibaca oleh para semiotic dan pengamat politik. Hasilnya dilepas ke ruang publik. Ragam persepsi bersiliweran.

Jamuan Makan bersama Rabi Yesus

 

Alkitab (PB) dicatat dan dikisahkan secara paralel dalam Matius 26:17-29 (Mrk 14:12-21; Luk.22:7-14; Yoh.13:21-30). Dikisahkan bahwa setiap tahun orang Yahudi akan merayakan satu hari raya keagamaan secara besar-besaran di kota tua Yerusalem. Oleh karena itu, semua orang Yahudi yang terpencar di berbagai tempat akan berkumpul di Yerusalem untuk merayakan hari raya itu yakni, Paskah. Paskah ditandai dengan makan roti yang dibuat tanpa ragi disajikan bersama dengan anggur. Perayaan ini dilakukan untuk memperingati terbebasnya mereka dari belenggu perbudakan di Mesir. 

Saat itu mereka keluar dari negeri itu secara terburu-buru, bergegas sehingga untuk menyiapkan perbekalan seadanya saja seperti roti, mereka tidak sempat lagi mengolahnya secara sempurna. Maka, jadilah roti itu tanpa ragi. Ketika makan roti itu pada segala masa dan generasi, mereka akan ingat hal itu. Lalu mereka akan minum anggur sebagai lambang darah domba. 

Darah domba pada masa itu dimanfaatkan dengan cara mengoleskannya di ambang pintu rumah, sehingga ketika malaikat maut datang, rumah itu dilewati. Malaikat maut akan menjemput setiap anak sulung dari keluarga-keluarga yang tidak menempatkan olesan darah domba di pintu rumah mereka. Tangisan terdengar pada kaum kerabat di Mesir, sementara kaum dan puak bangsa Ibrani/Yahudi terdengar kesiapsiagaan untuk segera meninggalkan negeri yang telah menjadikan mereka budak selama ratusan tahun.

Rabi Yesus menyelenggarakan jamuan makan bersama para murid-Nya dengan dua tujuan. Pertama, ia melaksanakan tradisi keagamaan Yahudi yaitu perayaan Paskah yang maknanya yaitu pembebasan secara faktual. Kedua Ia menjadikan Jamuan Makan (Perjamuan Suci Terakhir) itu sebagai ajang pembelajaran makna sesungguhnya dari Roti dan Anggur itu, yang akan menjadikannya sebagai pembebasan dari perhambaan dosa. Pada titik yang kedua ini, sesuatu yang tidak mudah dipahami secara akal sehat/logika. Bagaimana mungkin? Kira-kira demikian adanya suatu pertanyaan.

Dialog pun dibangun Rabi Yesus dengan para murid-Nya sebelum mereka mengambil bagian masing-masing dalam jamuan makan (Perjamuan Suci Terakhir) itu. Rabi Yesus menyampaikan sesuatu kabar yang kurang sedap dalam pendengaran dan reaksi untuk beropini. "... sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." (Mat.26:21). Pernyataan ini memantik jawaban beragam atau bahkan bertanya balik dalam kebisuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun