Dua puluh tujuh tahun sudah PA menjalani kehidupan rumah tangga dalam pernikahan. Suatu guliran waktu yang sudah lebih dari seperempat abad. Hanya waktu dan suasana sekitar yang kiranya dapat berkisah tentang ziarah panjang 27 tahun pernikahan ini.
Maka, ketika hari ini (27/10/23) sebagaimana terjadi pada 27 tahun silan (27/10/96) PA mengenang masa itu dalam refleksi dan doa sederhana ini.
Tuhan...
hari itu, hari yang mengantar kami pada suasana sukacita penuh kamuflase
kami tersenyum pada sesama saudara, kerabat jauh-dekat dan para sahabat
senyum yang ala kadarnya tergambar pada rona wajah yang papa
bersama pandang bola mata yang sayu nan layu berbinar
seorang anak telah ada di atas pangkuan dan gendongan kami
turut serta dalam prosesi peresmian dan pengukuhan sebagai suami-isteri
sebagai generasi sah dalam rumah besar kami Umi Nii Baki-Koro'otoTuhan...
hari-hari bergulir dalam alur normal dan wajar
kami ada di dalam guliran waktu itu sambil menghitung titik-titiknya
setahun, belasan tahun, hingga dua puluh lima tahun dan dua puluh tujuh tahun
dalam guliran waktu anak-anak lahir berurutan menyusu hingga disapih
mengantar mereka ke dunia nyata secara spiralis dari dalam rumah
mengarah makin meluas dan meluar ke lingkaran luar rumah
bersama keluarga batih dan luas, kerabat dan sahabat
Tuhan...
Lima anak-anak telah Kaupangkukan dan gendongkan
Seorang lainnya secara adab Kau tambahkan pada kamiÂ
Kami tempatkan pada porsi kehidupan rumah tangga berkerabat
Mengisi kehampaan dua rumah tangga se-keturunan
relung dan ruang cinta bersemi pada kedua rumah tangga itu
selaras harmoni hidup dalam tautan cinta kasih rumah besar
rumah besar kami bersama yang disebut Umi Nii Baki-Koro'oto
Baca juga: Tolong Tuliskan Kalimat Romantis, Pak
Tuhan...
Dua anak kami telah berkeputusan hati secara teguh dan kokoh
memilih kekasih hati menapaki ziarah hidup rumah tangga mereka
Dalam restu ibunda-ayahanda, para bibinda dan pamanda
kelak menurunkan generasi baru sebagai cucu dalam rumah besar kami
kami akan terus menapak guliran waktu bersama dalam komunitas besar
ketika zaman dan waktu makin bergeser pun nilai kehidupan pun digesek
hingga irama rumah tangga butuh upaya penyesuaian-penyesuaian
Tuhan...
datanglah bersama kami, tuntunlah kami di dalam guliran waktu ini.
izinkan kami terus berada di sini dalam prakarsa, karsa dan karya
perkenankan kami menyaksikan anak-anak meraih cita-cita
ketika mereka tumbuh menjadi remaja hingga gadis dan perjaka
yang menjadikan kami tersenyum secara lebih bebas tanpa topeng
lantaran hidup sederhana yang kami lakoni pada masa-masa ini
dalam komunitas kampung dan dunia belajar yang tak usai.
Amin.
hari-hari bergulir dalam alur normal dan wajar
kami ada di dalam guliran waktu itu sambil menghitung titik-titiknya
setahun, belasan tahun, hingga dua puluh lima tahun dan dua puluh tujuh tahun
dalam guliran waktu anak-anak lahir berurutan menyusu hingga disapih
mengantar mereka ke dunia nyata secara spiralis dari dalam rumah
mengarah makin meluas dan meluar ke lingkaran luar rumah
bersama keluarga batih dan luas, kerabat dan sahabat
Lima anak-anak telah Kaupangkukan dan gendongkan
Seorang lainnya secara adab Kau tambahkan pada kamiÂ
Kami tempatkan pada porsi kehidupan rumah tangga berkerabat
Mengisi kehampaan dua rumah tangga se-keturunan
relung dan ruang cinta bersemi pada kedua rumah tangga itu
selaras harmoni hidup dalam tautan cinta kasih rumah besar
rumah besar kami bersama yang disebut Umi Nii Baki-Koro'oto
Dua anak kami telah berkeputusan hati secara teguh dan kokoh
memilih kekasih hati menapaki ziarah hidup rumah tangga mereka
Dalam restu ibunda-ayahanda, para bibinda dan pamanda
kelak menurunkan generasi baru sebagai cucu dalam rumah besar kami
kami akan terus menapak guliran waktu bersama dalam komunitas besar
ketika zaman dan waktu makin bergeser pun nilai kehidupan pun digesek
hingga irama rumah tangga butuh upaya penyesuaian-penyesuaian
datanglah bersama kami, tuntunlah kami di dalam guliran waktu ini.
izinkan kami terus berada di sini dalam prakarsa, karsa dan karya
perkenankan kami menyaksikan anak-anak meraih cita-cita
ketika mereka tumbuh menjadi remaja hingga gadis dan perjaka
yang menjadikan kami tersenyum secara lebih bebas tanpa topeng
lantaran hidup sederhana yang kami lakoni pada masa-masa ini
dalam komunitas kampung dan dunia belajar yang tak usai.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 27 Oktober 2023
PA ~ Pemulung Aksara ~ Heronimus Bani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H