Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setahun Bersama Kompasiana

24 Oktober 2023   04:47 Diperbarui: 24 Oktober 2023   05:00 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PA ~ Pemulung Aksara; dokpri: Roni Bani

Setahun Bersama Kompasiana

PA memulai tulisan ini dengan judul seperti itu berhubung baru setahun berada di Kompasiana, setelah sebelumnya suka membaca. Suatu ketika dalam percakapan (chatting) melalui aplikasi WhatsApp dengan seorang sahabat, ia menyarankan agar sebaiknya bergabung. Semula ada keraguan, oleh karena dari banyaknya penulis di Kompasiana, rasanya PA bukanlah orang yang akan tepat berada dalam "satu kamar" dengan mereka, tetapi PA keliru. Tiap Penulis dapat mengunggah tulisannya sendiri setelah mengetahui ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh Kompasiana. Ketentuan-ketentuan itu mengatur sedemikian rupa agar ada pertanggungjawaban dari penulisnya sendiri. Pengelola blog tidak bertanggung jawab atas isi dari tulisan, namun membantu mengingatkan dan mengoreksi. Bila akhirnya harus ditutup (blokir), hal itu terjadi karena Penulisnya tidak mengikuti ketentuan yang telah ditentukan, diperingatkan namun tidak pula mendengarkan.

Artikel pertama segera tiba di dinding blog besar Kompasiana. Pada hari itu (24/10/23) ternyata hanya 2 Kompasianer yang merespon artikel berjudul Apa dan Bagaimana Kekayaan Intelektual Komunal? Mengetahui hal yang demikian, PA segera berefleksi tentang keterbatasan diksi atau sejenisnya, termasuk di dalamnya penentuan judul dan akhirnya penerimaan pembaca pada seorang penulis pemula di Kompasiana.

Setahun berlalu, PA kembali membuka beberapa artikel yang diunggah pada Oktober 2022. Terlihat benar-benar kurang mendapat respon dari para Kompasianer. Kecewa? Tidak! Memang sebagai pemula (Debutan) perlu sekali untuk terus berada di kanal belajar dan terus belajar. Belajar dari para Kompasianer. 

Motivasi menulis tidak surut sekalipun tiap artikel kurang mendapatkan respon Kompasianer, namun pada sudut lain terlihat banyak sahabat yang bukan penulis di Kompasiana ikut membaca. Hal ini menjadi pemicu motivasi untuk terus menulis dengan membaca kembali apa yang sudah ditulis dan membaca pula tulisan-tulisan para Kompasianer. Memberikan vote dan komentar pada tulisan-tulisan menarik, inspiratif dan bermanfaat. Dari sana mulai terlihat ada respon para sahabat Kompasianer. 

Ini pelajaran berharga. Mereka yang dikunjungi akan akan melirik dan menoleh untuk berkunjung pula, walau tidak selalu demikian adanya. Mereka yang diikuti, akan menelusur untuk mengetahui latar penulis yang mengikutinya, lalu keputusan hati untuk mengikuti atau mendiamkan saja. 

Pengalaman menarik dalam setahun  bersama Kompasiana. Di sana para penulis bagai sedang mengejar point dan status mulai dari Debutan menaiki anak tangga dengan point yang makin banyak untuk pada akhirnya mencapai status tertinggi  Maestro. Wao... untuk mengakhiri status debutan saja sudah harus berkejaran dengan point 100-500, dan itu pun jika tidak kontinyu menulis, angka itu sulit naik. Tiap tulisan yang berhasil diunggah akan dinilai sesuai statusnya pula. Admin akan menilai dan memberi status tertentu yang berdampak pada nilai yang diperoleh. Suatu penghargaan dan kehormatan bila mendapati status sebagai Artikel Utama (headline). Sampai dengan satu tahun ini, PA baru mendapatkan 7 artikel dengan status ARTIKEL UTAMA (AU);  227 PILIHAN dan 100 lainnya tidak berstatus. 

Sejujurnya PA kurang memahami syarat atau ketentuan yang dibuat oleh pengelola blog Kompasiana untuk menempatkan status satu artikel. Maka, PA membaca dan menelisik tulisan para Kompasianer yang berkali-kali tulisan mereka mendapatkan status AU. Mereka menulis secara amat luar biasa. Profesional dan diandalkan. Pengunjungnya mencapai ratusan orang, bahkan kolom komentarnya pun dapat mencapai beberapa halaman. Hal ini terjadi hanya pada Kompasianer pilihan. Luar biasa mereka yang terpilih sebagai penulis-penulis yang bagai langganan AU.

PA menulis seturut kenikmatan rasa. Maka di sana ada puisi yang masuk kategori fiksiana. Humaniora, SosBud, dan lain-lain. Semua ini bagai tabungan tulisan. PA akan mengambil/menarik pilihan artikel tabungan pada waktunya untuk selanjutnya melalui proses sunting agar kiranya dapat dibukukan.

Sampai di sini sepenggal kebersamaan dengan Kompasiana. PA masih akan ada di sini untuk terus berbagi dengan para sahabat Kompasianer. Mereka yang sudah menjadi pengikut dan yang PA ikuti di barisan samping, akan saling berbagi artikel inspiratif, menarik, bermanfaat, aktual, unik dan menghibur.

Terima kasih kepada para Pengelola Kompasiana yang sudah menyediakan wadah ini, sekalipun tidak turut bertanggung jawab pada substansi artikel, namun  berkepentingan untuk menyapa dengan teguran bahkan menutup akun yang dianggap telah melanggar ketentuan.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 24 Oktober 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun