Tangis di Kesunyian Rindu
Bila aku harus menangis,
bukankah karena kesedihan menamparku?
Bila aku harus meratap,
bukankah karena hatiku tersayat?
Bila aku harus meraung memanggil namamu,
bukankah karena kau pergi tanpa menoleh lagi?
Dan, kau tak sempat pula menitipkan pesan terakhir.
Kemarin..
aku melihat sorot matamu yang kosong
Aku menyaksikan senyuman terakhirmu.
Lalu ...
hari ini...
tanganmu melambai
di kesunyian rinduku
Selamat jalan, Sahabat
Buraen, 2 September 2023
Puisi ini ditulis pada saat upacara penguburan jenazah rekan guru yang meninggal dunia.
Ketika Pemandu Acara memberi ruang dan luang untuk menyampaikan rasa bela sungkawa mewakili kalangan guru, PA memanfaatkannya untuk membaca puisi yang ditulis itu.
Puisi ini biarlah disimpan di sini untuk kenangan pada rekan guru yang meninggal dalam usia 39 tahun 11 bulan.
Ia meninggalkan isteri dan seorang anak berumur 3 tahun, dan seorang calon bayi yang sedang dikandung isterinya.
Nekmese, 2 September 2023
PA ~ Pemulung Aksara