Mama
Andai aku dapat menelisik waktu
Aku rindu kembali ke masa itu
Aku rindu merasakan hangatnya pelukanmu
Aku rindu menikmati belaian tanganmu
Aku rindu pada air susu menyegarkan rasa
Mama
Andai aku dapat mengiris akta jasamu
Aku mau menulis berjuta kata dalam frasa
Aku mau mewarnai lukisan karyamu
Aku mau membingkai rasa dan ragamu
Mama
Apa kini dayaku
Aku melongok jasadmu
Aku berteriak dan bertarak
Aku histeria dalam histori jejak cintamu
Kini
Kami duduk di sisi ranjangmu
Kami kehabisan air mata dan nada
Kami akan membisu dalam nada rindu
Kami akan mengenang dirimu dalam pusaramu
SELAMAT JALAN MAMA
hanya sebait puisi pendek ini
aku bawakan sebagai kenangan
bersama ayahanda dan kakanda
bersama menantu dan cucu cecemu
Karya: Heronimus Bani
Catatan
Ketika PA masih duduk membaca berita-berita hari ini dengan pendekatan gugling tetiba satu pesan WhatsApp masuk dari seorang sahabat. Ia mengabarkan bahwa ibunya meninggal dunia, dan meminta agar ada satu tulisan inspiratif yang kiranya dapat dibaca pada upacara penguburan jenazah ibunya.
PA tertegun sebentar.Â
Sahabat yang mengirim pesan melanjutkan dengan mengirim foto sebagaimana yang sudah PA beri sedikit sentuhan edit dan ditempatkan di sini. Dari foto itu, PA teringat ketika ibunda meninggal dunia. Kami merasakan duka yang luar biasa, dan bagai luka yang sembuh pun masih ada bekasnya karena saat itu kami masih dalam bangku sekolah.Â
PA berpikir sebentar, lalu lahirlah puisi sebagaimana yang ada di atas.