Pagi-pagi di perbukitan berlereng sirna sang fajar,
manakala surya menggoyang dalam ritme tetap
gemawan hitam pun seringkali turut bergeser
dalam kilau nan silau sang surya tanpa kelip
tetumbuhan liar melirik tingkah para nuanser
mereka tersenyum dalam siulan dedaunan
ketika angin mendesah dalam rayuan
Bambu di tebing bergeming dalam rasa
manakala bola matanya memandang cakrawala
di sana tergambar suara penyeru alam dan insan
kaum agamawan membentak dan mengepal tinju
gerigi mereka tumbuh taring lebih panjang
hendak mencabik tak dapat diwujudkan
hingga melolong di pagi hingga petang
Bambu memberi ruang pada dirinya
siapa menangkap peluang dalam isian ruang
butuh kreativitas menata heteroganitas insan
hingga penuh pun masih berasumsi ruang kosong
agar tiada sungkan mengujarkan idealisme
pada pembijaksana pengontrol keadilan
di lorong kemewahan dan kemuliaan dogmamu
Umi Nii Baki-Koro'oto, 7 Juli 2023
Heronimus Bani
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI