Pengantar
Ketika menyelesaikan tulisan untuk dibukukan dengan judul Serpihan Kebudayaan Masyarakat Pah Amarasi, PA berkerinduan untuk mendapatkan tokoh tertentu untuk menulis semacam endrosmen, misalnya Kata Pengantar atau Sambutan. PA kemudian menghubungi seorang rekan guru di Tangerang. Pada rekan guru ini PA bertanya, mungkinkah ada respon dari Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia untuk menyampaikan kata sambutan pada buku yang PA tulis? Rekan guru ini menyarankan agar menulis surat dan dikirimkan kepada salah satu staf admin di kantor PB PGRI di Jakarta.Â
Kepada PA, rekan guru ini memberikan nomor WhatsApp dari seseorang yang dapat dihubungi. PA menyampaikan kembali, mungkinkah orang yang nomornya dikirim ini tidak kecewa karena tanpa permisi terlebih dahulu? Jawabannya, tidak kecewa, karena kepadanya sudah disampaikan bahwa seseorang dari Nusa Tenggara Timur akan bersurat ke PB PGRI Pusat.
Singkat cerita, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Pusat, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd memberi respon amat cepat yang menurut informasi biasanya bisa seminggu paling lambat, ternyata hanya 3 hari saja. Melalui seorang pengurus, Sang Ketua Umum menyampaikan kata sambutan yang ditulis langsung pada aplikasi WhatsApp. Suatu kehormatan pada seorang guru daerah terpencil seperti PA.
Setelah mendapatkan kata sambutan itu, PA pun segera menempatkannya pada template calon buku. Lalu mengirimkan kepada seorang rekan guru di Solo yang biasanya menjembatani untuk menerbitkan buku. Kepada rekan guru ini, PA menyampaikan pula bahwa ada kerinduan untuk mendapatkan sambutan dari Pemerintah Kabupaten Kupang. Mengapa? Karena PA merupakan seorang guru di Kabupaten Kupang.
Melalui ajudan Wakil Bupati Kupang, PA akhirnya dapat bertemu dengan beliau. Sambutannya pun sangat bersahabat dan mulailah kami berdiskusi.Â
Dinamika Pengalaman Berliterasi untuk Guru di Kabupaten KupangÂ
 PA pernah berada di dalam ruang Wakil Bupati Kupang dalam satu kesempatan diskusi yang amat singkat pada 29 September 2020 yang lalu. Saat itu PA merindukan untuk berdiskusi tentang dunia literasi bagi para guru agar mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kupang (ini). Sungguh sangat disayangkan Pemerintah Kabupaten Kupang tidak punya perhatian secara khusus pada dunia kepenulisan bagi para guru.
PA tidak kapok dengan diskusi pertama itu. Maka, PA mencari celah trik sekali lagi untuk bersua dengan pemerintah baik di Kabuapten Kupang maupun Provinsi. Hal ini penulis lakukan ketika bertemu dengan Staf Khusus Gubernur Nusa Tenggara Timur, Prof. Daniel D. Kameo, Ph.D; (ini). Lagi-lagi gagal untuk mendapatkan perhatian, tetapi tetap tidak kapok juga.Â