kata pemimpin tertinggi negeri,
Jangan Pamer Kekayaan.
Pemulung Aksara memasang telinga sekali lagi,
memutar ulang sebaran suara itu,
Jangan Pamer Kekayaan
Pemulung Aksara tidak terkejut,
tersenyum di ruang pungut remah aksara berenergi itu,
Jangan Pamer Kekayaan
Hari-hari kemarin
hitungannya bertambah di hari ini
akan makin bertambah lagi hari besok
dan lagi,
insan menata karsa dan karya dalam ruang dan luang
Siapa menduga karsa dan karya tertata
Siapa berprasangka kata mengubah akta
Siapa meniru untuk mengimitasi akta menjadi harta
Siapa mendulang harta hendak panjat ke pentas sosial
Saat tiba di pentas publik bergelora
Saat tiba di pentas sosial bergerilya
Saat ketiban gegara bergelang borgol
Saat itu dampak domino menjadi influens
Kini harta boleh ditumpuk
kaum elit bergaya hedonik
berpameran sebagai surat hidup
dilihat dan dibaca akan diimitasi
kaum hina papa mengikat perut
bertadah tangan diisikan inflasi
mengais rezeki mendapatkan raskin
membuka mulut dituangkan janji perubahan
Besok...
Jangan Pamer Kekayaan
boleh diam-diam simpan kekayaan
saat capai paripurna masuk kejayaan semu
Umi Nii Baki-Koro'oto, 29 Maret 2023
Heronimus Bani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H