Aku berdiri di sini, di hadapan lorong waktu. Aku mencoba membungkuk, membelalakkan mata ke arah dalam lorong waktu. Aku berpikir sejenak, hendak ke depan atau ke belakang. Bila aku maju selangkah ke depan, dipastikan akan berada pada waktu yang akan datang. Bila aku mundur selangkah, dipastikan akan berada pada waktu terlampaui.Â
Insan berakhlak mulia menempatkan diri pada satu titik waktu, kini, sekarang, saat ini, lalu menoleh, melihat yang sudah terlampaui, atau memandang ke depan pada yang akan ... . Pada yang sudah terlampaui di sana ada jejak bertanda yang diluluri debu dan lumpur, dibumbui aneka rasa, aneka emosi dan kenangan yang menggenangi bathin. Pada masa yang akan... di sana impian jatuh pada mereka yang menyebut diri pemimpi (n) dengan visi brilian dan misi bernas, sambil menempatkannya sebagai nats untuk dihafal para pengikut.
Pada hadapan lorong waktu, siapakah yang rindu mundur atau maju?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H