Hari masih pagi di kampung ini
Kampung ini bukanlah kampus
kampus di sana tempat berguru
berguru pada kaum pembelajar
pembelajar pada varian ilmu
Hari masih pagi saat menimba ilmu
ilmu beragam-ragam dalam warna
warna terang, sejuk, kabut gelap pekat
pekat bagai di jalanan kampung ini
kampung tanpa lampu jalan
Hari masih pagi saat jalan berkabut
berkabut bukanlah mengajak kabur
kabur kemanapun tetaplah belajar
belajar jalan kaki di jalan mana pun
Jalan mana beraspal kau pilih
Hari masih pagi saat kau pilih jalan
jalan berlumpur dan becek di sini
di sini dan di sana ada teriakan
teriakan minta tolong alasan sungai
sungai meluap menyisakan kecemasan
Hari masih pagi saat kecemasan datang
datang lagi keresahan baru di tangga maju
maju pada jalan kaki sebagai program dadakan
dadakan itu sebagai kenangan sensasional
sensasi dibutuhkan agar dapat berpolemik
Kini...
adakah kau jalan kaki ke kantormu?
mungkinkah kau menempuh jarak lebih dari 4 km?
bagaimana dengan mereka yang putus harap?
Putus harap pada jembatan putus
putus harap pada sungai muntah ke kampung
putus harap pada bergesernya bukit
putus harap pada tumpukan keresahan
Mereka tetap eksis
dalam segala keterbatasan
uluran tanganmu hanyalah stimulus
pemanis bibir penyegar raga insidensil
Umi Nii Baki-Koro'oto, 9 Maret 2023
Heronimus Bani / Meo Umi Nii Baki-Koro'otoÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H