Nah, itulah kira-kira yang terjadi dengan dunia premanisme di Indonesia. Rasanya, premanisme di Indonesia pernah berjaya pada masa tertentu, lalu "kocar-kacir" pada masa ini. Mereka tengah mencari celah untuk tetap eksis. Eksis dengan tampilan berbeda, berdasi, necis, licin berkilau, dan lincah berkelit namun tetap terlihat gayanya.Â
Mari menelusur dunia maya, dapatkah kita menemukan organisasi yang mempraktikkan gaya premanisme? Preman, bisa seorang pribadi tanpa organisasi yang mewadahinya. Ia hidup bebas, merdeka dengan gaya, daya dan energi yang dimilikinya. Sumber daya pada dirinya yakni tampilan, ucapan dan gerak raganya.Â
Mereka dapat pula mengorganisir diri, lalu menata tampilan dengan berbusana bak kaum agamawan yang saleh, tetapi ucapan dan gerak raganya masih terlihat. Ucapan-ucapannya terdengar logis, apalagi dibumbui kata-kata dari kitab suci, siapakah yang akan membantah isi kitab suci?Â
Dia mengucapkan ajaran dan hukum tertinggi yang tertulis dalam kitab suci, maka membantahnya pun kiranya perlu kewaspadaan. Pilihan oendekatan ini rasanya mengikuti atau mendekati gaya organize crime. Maka, kaum di bawahnya  akan diam atau menggumam saja, lalu pulang untuk melaksanakan apa yang diucapkannya dengan gimik tak sudi.Â
Gaya organize crime digunakan para pemimpin tertentu dalam menata organisasi yang dipimpinnya atas kepercayaan yang diterimanya. Prinsip manajemen modern (POACE, planning, organizing, actuating, controlling, and evaluation) dengan segala perubahan dinamika di dalamnya hanya sentilan dalam kata tanpa akta berarti.
Dalam dunia apa yang disebut oleh United Nations Office on Drugs zand Crime, UNODC, mereka menerapkan kriteria:
- orientasi keuntungan (profit oriented)
- organisasi sudah lama hidup secara senyap (silent organized)
- menggunakan kekerasan (violenced)Â dan menyuap aparat (bribed)
- keuntungan besar, barang dan jasa illegal (big profit, illegal goods and services)
- bisnis jahat (evil bussiness)
Manajemen yang tak layak ditampilkan untuk mendapatkan perhatian dan pembelajaran, bukan? Organisasi PBB untuk urusan kejahatan dan narkoba menemukan dan mencatatkan kepada publik untuk menjadi pengetahuan. Bila memiliki pengetahuan itu, tentulah orang akan mempelajari ciri khas dari individu tertentu yang menjadi leader pada institusi tertentu agar dapat menilai pendekatan pelayanan yang dipakai kepada masyarakat.
Dalam masa tertentu di Indonesia, terdapat beberapa istilah petrus yang menyeramkan dan mencemaskan. Petrus, bukanlah nama orang, tetapi akronim dari penembak misterius. Jika menelisik data, gabungan anal liar (gali)  yang diyakini sebagai preman menjadi korban kebringasan "kebijakan" dengan pendekatan petrus.Â
Seorang target utama di Jawa Tengah melarikan diri. Ia menumpang kendaraan yang di atasnya membawa karung-karung berisi manusia hidup yang diturunkan di jalan, ditembak, tewas, justru di depan matanya. Ia memberi kesaksian tentang hal ini. Penulis mengasumsikan bahwa para pelaku petrus berada di bawah kendali pemimpin organize crime atas nama keamanan dan ketertiban, sehingga stabilitas dapat dikendalikan.
Pendekatan organize crime yang demikian merupakan kata lain dari manajemen premanisme yang penulis maksudkan dalam tulisan ini. Pemimpin memimpikan sesuatu lalu segera sesudah mimpi itu ada dalam imajinasinya, ia pun mengucapkannya dengan nada keras, dinamika suaranya meyakinkan, pertanyaan menyudutkan diarahkan kepada lawan bicara hingga mematikan untuk tidak dapat memberi jawaban apalagi berargumentasi.Â
Ia mematikan lawan bicara dengan tampilan dan gaya bicara yang khas sehingga menimbulkan kecemasan dan terlebih ketakutan. Maka, jadilan para bawahan hanya bagai kerbau yang dicucuk hidungnya. Bawahan diperlakukan bagai domba yang menuju tempat pengguntingan bulu, dilucuti pun diam saja.