Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diskusi Budaya Berhadiah Selendang

3 Desember 2022   18:31 Diperbarui: 3 Desember 2022   18:59 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemberian tanda kenangan; foto: Ona Pulingmahi

Pengantar

Seorang mahasiswi Pascasarjana sering berdiskusi via WhatsApp. Kami belum pernah bertemu sebelumnya, tetapi diskusi selalu menarik karena topik yang ditawarkan berkaitan dengan kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksudkan yakni kebudayaan Meto' pada masyarakat Atoin Meto' di Pah Amarasi (Amarasi Raya). Ia melihat sesuatu yang menarik untuk ditelisik dari aspek teologi sosial. Pertemanan dan diskusi telah berlangsung dalam beberapa waktu sebelumnya setelah ia mendapatkan nomor WhatsApp dari seorang sahabat di desa tetangga.

Hari ini, Sang Mahasiswi berkunjung ke rumah kami di desa. Dalam pertemuan di rumah kami, ia menanyakan beberapa hal yang kiranya menjadi "pintu masuk" ke dalam riset yang akan dirancangnya. Kira-kira demikian maksud dari pertemuan dan diskusi yang kami lewati pada sore tadi. 

Nah, diskusi itulah yang akan saya kemas kembali dalam tulisan ini agar tidak hilang dari ingata. haha...


Diskusi Budaya Kekerabatan Masyarakat Adat Amarasi

Budaya kekerabatan dalam masyarakat adat Atoin Meto' Amarasi yang dimintakan diskusi oleh Sang Mahasiswi saya bawa dalam beberapa istilah.

A'boko mese' artinya satu buah labu. Masyarakat adat Atoin Meto' Amarasi mempunyai istilah yang menarik untuk menggambarkan kekerabatan, hai 'boko mese' ~ (harfiah~kami satu buah labu); hai mpoi 'boko mese' (harfiah~kami keluar dari satu buah labu). Maknanya faktual; orang mengenal buah labu. Di dalam buah labu ada biji-biji bakal benih yang akan ditanam lagi untuk menghasilkan labu-labu baru pada musim tanam berikutnya. Biji yang menjadi benih dapat pula diambil orang untuk ditanam di ladang yang saling berjauhan. Hasilnya tetap labu yang sama. Makna filosofinya, masyarakat adat Atoin Meto' Pah Amarasi mempunyai keyakinan kekerabatan bahwa keluarga-keluarga yang tersebar di berbagai tempat, sangat sering masih ada pertalian satu dengan yang lain. Hal ini dapat dilihat dari nama keluarga (nonot; misalnya Ataupah, Nubatonis, Bijae, Bani, Ora, dan lain-lain). Nama-nama keluarga yang menyebar di beberapa tempat itu bila diurut-urutkan silsilah akan didapati mereka berasal dari keturunan yang sama, maka sebutannya menjadi hai 'boko mese' (harfiah ~ kami dari satu buah labu yang sama)

Kona' mese' artinya, satu lubang. (maaf). Kona' yang dimaksudkan di sini yakni jalur keluarnya makhluk manusia ketika lahir.  Sekalipun sebutannya demikian, namun bila orang menerjemahkannya tidak menyebut "lubang" tetapi menggunakan istilah pintu; satu pintu. Kalimat yang dipakai berbunyi, hai mpoi kona' mese' (harfiah ~ kami keluar melalui satu pintu).Maknanya, kami semua sebagai sesama saudara sekandungan.

Umi nanan, a'si'u, dan nonot.  Dalam budaya Atoin Meto' pada umumnya, orang mengenal tiga istilah ini, umi nanan, (harfiah ~ rumah dalam), a'si'u (ruang yang lebih luas masih di dalam rumah, biasanya ruang tamu) nonot (harfiah ~ tiris). Ketiga istilah ini bertalian satu dengan yang lainnya. 

Satu keluarga dengan sejumlah anak mereka sesama umi nanan, kelak kemudian ada yang menikah khususnya anak-anak gadis yang meninggalkan keluarganya dan bersatu dengan keluarga suaminya, mereka selanjutnya berada di a'si'u dan selanjutnya bila makin berketurunan dan bertambah banyak dengan nama marga bervariasi, mereka itu sudah berada di nonot. Pada tataran tertentu mereka yang berada dalam ketiga ranah itu masih akan menyebut diri sebagai umi nanan. Hal ini untuk menggambarkan asal usul dari leluhur yang sama

Umi - Ropo/Lopo; Masyarakat Adat Atoin Meto' pada umumnya mengenal Umi (ume) yang selalu berpasangan dengan Ropo/Lopo. Umi berkonstruksi bulat lancip/bersudut sampai puncaknya, ditutup/atap dari bawah dengan pintu yang amat pendek. Ini melambangkan perempuan (ibu). Ropo/lopo, bertiang empat, rangka atap bulat, tanpa dinding. Ini melambangkan laki-laki. Maknanya masyarakat adat Atoin Meto' memisahkan area kerja antara laki-laki dan perempuan. 

Matsao bifee tunaf (harfiah, menikahi isteri tungku), tani-abas kais natfeek (harfiah ~ tali dan benang tidak putus). Menikahkan pemuda-gadis yang ditentukan oleh orang tua dapat saja terjadi. Bila hal itu dilakukan maka tujuannya untuk tidak putus hubungan kekerabatan. Hal ini dilakukan bila merasa bahwa keluarga-keluarga yang telah menggenerasi telah berada dalam jumlah yang besar sehingga ada kemungkinan terjadi kerenggangan kerabat. Salah satu pendekatan yakni matsao bifee tunas agar tani-abas kais natfeek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun