Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bundel Kesan pada Tantangan Menulis Bulan November 2022

30 November 2022   12:10 Diperbarui: 30 November 2022   12:18 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menulislah hari ini, pastikan namamu terbaca dalam prasasti masa depan," (Heronimus Bani)

Pengantar

Pada awal November 2022 Blogger, Wijaya Kusumah, M.Pd mengajak sekaligus membuat tantangan menulis kepada para guru dan sahabat penulis di seluruh penjuru tanah air. Ia berhasil mengumpulkan dan mengundang guru penulis yang memanfaatkan platfom Kompasiana. Mereka berjumlah 213 orang tergabung dalam satu WhatsApp Group (WAG)  yang dinamai, tantangan Om Jay Menulis di Blog.

Tantangan ini rasanya "berhasil" dilewati oleh sekitar seperempat anggota WAG. Kira-kira simpulan saya demikian karena dari list yang setiap harinya dibuat, maksimal ada 50-an orang yang mengirim artikel, walau di sana ada beberapa yang mengirim beberapa kali.

Apa kesan yang dapat diambil dari tantangan Om Jay Menulis di Blog? Saya sendiri menulis pada mulanya bukan karena suatu tantangan. Saya baru mendaftar di blog beyond Kompasiana pada 24 Oktober 2022, lalu ketika digabungkan ke WAG ini, saya pun ikut serta. 

Satu Bundel Kecil Pengalaman November di Kompasiana

Saya mengenal Kompasiana sekitar 6 tahun yang lalu. Saya hampir selalu membaca di sana oleh karena sangat banyak artikel yang menggoda rasa keingintahuan (penasaran saja). Suatu ketika ketika bertemu dengan Blogger Wijaya Kusumah, M.Pd, beliau mengajak untuk bergabung. Saya mendaftar, namun selalu gagal; apakah karena saya masih gagap pada soft product IT atau apa pun itu namanya. Satu kepastian, saya terus saja membaca pada Kompasiana. 

Di pedesaan sebagaimana tempat dimana saya (kami) tinggal, jaringan listrik dan internet sudah cukup baik dari aspek ketersediaan hard equipmentnya.  Listrik sudah ada di desa kami sejak 1992. Pada waktu itu listrik dinyalakan mulai pukul 18.00 (sore)- 06.00 (pagi). Berlanjut sampai dengan saat ini sudah 24 jam dinyalakan sambil disela dengan pemadaman. Sementara jaringan internet, Based Transceiver Station (BTS) telah dibangun pula 2 unit: Telkomsel dan XL Axiata.  Kedua BTS ini menggunakan listrik PLN sebagai sumber listrik, sehingga bila terjadi pemadaman, maka sinyalnya pun turut serta dalam pemadaman itu.

Kompasiana yang dikagumi walau membacanya tidak rutin pada semua tulisan. Kompasiana selalu saya lihat untuk mengikuti perkembangan opini dari penulis tertentu yang "naik" bila suatu wacana atau topik sedang trend. Itulah sebabnya saya menyukai Kompasiana karena ada variasi sudut pandang pada satu objek yang trend.

Ketika ada ajakan bergabung dalam tantangan menulis satu hari satu artikel, ternyata para penulisnya bukan saja mengirim satu tetapi lebih dari satu. Luar biasa. Para penulisnya sungguh bersemangat. Mereka bagai sedang berkompetisi; entah dengan sesama penulis secara senyap, atau dengan diri sendiri atau dengan waktu; atau mungkin hendak "menaikkan bendera" kepenulisan individu. Ini semua hanya reka-reka belaka. Satu kepastian, setiap hari selama dalam masa tertantang  ini para penulis masing-masing telah menunjukkan kelasnya.

Saya belajar dari mereka, terutama para penulis puisi. Ragam tulisan puisi dengan diksi-diksi yang menarik. Suasana pagi, siang, petang, senja, malam, pantai, bukit, hutan, cinta, dan lain-lain menjadi objek inspirasi. Kemasannya secara ilmiah patut dipelajari oleh karena ada di sana penulis yang menguraikan ilmu menulis puisi kemasannya. 

Saya sendiri menulis sekenanya saja, seturut kenikmatan rasa menulis.Dua topik utama; Pendidikan dan Puisi, hanya itu. Lalu saya mengikuti pula tulisan-tulisan tentang hingar-bingar, ramai riuh-rendah sepakbola piala dunia tahun 2022 di Qatar. Ulasan para penulis bagai laporan pandangan mata. Saya mencurigai saja bahwa di antara mereka yang mengulas mungkin ada yang sedang berada di Qatar. Entahlah.  

Ulasan tentang 8 stadion yang dibangun Pemerintah Qatar untuk perhelatan akbar 4 tahunan ini, menarik. Ulasan pada kebangkitan sepakbola Asia pun tak kalah menariknya dengan apa yang terjadi pada mereka yang dinominasikan dari Eropa dan Amerika Latin.  Tak pelak pula ulasan dunia olahraga bulu tangkis. Indonesia mengikutsertakan sejumlah pemain yang membanggakan dan mengharumkan nama negara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun