Pemulung Aksara baru saja terjepit, jepitan ringan yang mencemaskan, gulita bisu tak sudi berkisah, fajar pagi tak sudi tersenyum, terlihat di sana kaum penari melentikkan jemari, meliuk-liukkan rasa di sela kecemasan dan kerinduan, hendak pergi kesan berkenangan, hendak diam gejolak hati tak rela dibisukan
Hari telah menyapa ramah, sambil memulung Pemulung Aksara, mentari tak sedang menari, ia rindu melihat keceriaan, ia suka pada kehangatan hingga terik nan garang, walau ia mampu dirintangi mega kelabu hingga tiba di keremangan senyum indahnya,Â
Kaum pendulang nilai kehidupan merenda hari dalam jalinan arus karsa dan karya, karir saja terasa bagai aksesori kehidupan, ia berakhir di simpang kenikmatan baru atau pada titik berangkat perginya nafas kehidupan, fungsi kerabat dan sahabat bertopangkan cinta dan spirit
Koro'oto, 16 November 2022
*)manakala mentari pagi bersinar, anak-anak berlari-lari kecil menuju sekolah berkejaran dengan waktu di sela kalkulasi hujan turun, inspirasi ini lahir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H