Senja tak tersenyum di sini, ia diam dan tenang saja, lingkar terjunjung menumpahkan bilyunan percik air sukacita, sukacita pada [uka dan kaum, puak penebar benih, kaum bercocok tanam, populasi dan ekosistem menunggu di simpang syukur, bernyanyi dalam diam tak terdengar insan sempurna kreasi Sang Khalik.
Pemulung aksara acuh pada kabar, kabar kesohor tersorot hingga diseret-seret kaum pembaris aksara, layar monitor bergambar, aksara menari-nari segera lantas berganti, menit ke menit, berulang kabar kematian seisi rumah terlihat tak mungkin terjadi, kaum pelacak bergerak dalam identifikasi, tak dapat segera menarik simpulan, titik-titik simpul manakah yang segera jadi tandanya? Tanya tak dapat dijawab segera lalu puak peratap diam di hadapan Sang Khalik.
Pemulung aksara mendengar, nyanyian burung sesudah lingkar terjunjung rehat, entah lelah, entah ini peluang gerak insan sempurna di kolong sempit ini, terdengar kaki bocah di jalan, bergirang dalam teriakan anak kampung, indah bergelombang suara, senyum diterimanya dari nenek di emperan rumah, lahan becek Sang nenek duduk di sana, lepas pandang bagai berpikir, masa ini cuaca berubah, hujan lokal sehari, panas menyengat mengeringkan becek, dibeceki lagi, dikeringkan lagi... haha...
Koro'oto, 15 November 2022
*hujan lumayar deras hari ini, listrik padam-menyala, jaringan internet muncul-tenggelam, suatu pemandangan biasaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H