Seorang sahabat di pedalaman Timor (Nunkolo, wilayah Amanatun, Kabupaten Timor Tengah Selatan) menyapa beberapa hari lalu (2/11/22). Ia mengharapkan adanya satu tulisan yang menginspirasi. Saya agak bingung dengan permintaan ini, lalu saya membalas pesan teks WhatsApp yang disampaikannya itu. Tulisan yang menginspirasi seperti apa? Â Ternyata sahabat saya ini hendak memimpin suatu ibadah syukur oleh karena seorang guru di tempat pelayanannya telah menerima tugas sebagai Kepala Sekolah.
Sahabat saya ini seorang pelayan (pendeta). Ia akan menyampaikan refleksi (renungan) pada ibadah syukur itu. Ia berharap agar dapat membaca satu puisi ketika akan mengakhiri refleksinya. Saya menyanggupi untuk menuliskan satu puisi padanya. Lalu saya kirimkan puisi itu seperti yang saya kutipkan kembali di sini.Â
Dunia sekolah, dunia kebudayaan
di sana guru mengajar, siswa belajar
di sana guru mendidik, siswa terdidik
di sana guru menata, siswa tertata
di sana guru mengampu, siswa terampu
siapakah siswa yang menepuk dada kebanggaan tanpa guru?
siapakah guru yang mengangkat bahu tanpa kepala sekolah?
siapakah orang tua yang mengangkat kepala tanpa institusi sekolah?
Mari renungkan, pastikan harimu dengan belajar
mari refleksikan, tentukan masa depanmu dengan berikhtiar
mari menata visi bersama dunia pendidikan berkarakter
di bawah kepemimpinan seorang kepala sekolah
Setelah menulis puisi ini saya kirimkan kepada Sahabat saya ini. Kabar terakhir yang saya dapatkan, ia membaca puisi ini di tengah refleksi ibadah syukur itu. Para guru dan orang tua siswa serta tamu yang hadir senang mendengarnya.
Koro'oto, 14 November 2022
*ditulis di sini sebagai cara untuk menyimpan yang terlewatkan... haha...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H