Malam terus merayapi mayapada, kaum literat tak urung menjejer aksara, pemulung aksara masih melototi barisan prasasti berurai pahlawan, nama disebut dan dibaca di layar nisan, emosi dibangunkan menjajal semangat motivasi, cinta tanah air dibelitkan menjadi belenggu nasionalisme, kepahlawanan disemai agar tumbuh tunas baru di persada
Rembulan malu memancarkan cahaya lebih baik daripada gemintang, kaum berbintang duduk berperkara, balok-balok dan siku antara mengganjar dan menyikut, awam hendak menggapai awan, terselimutkan menghilang bersama kabut yang mengaburkan, gemuruh guntur di bentangan langit malam, beriringan kilat menyambar.
Malam masih berlangsung, ritme kegaduhan publik tak mengenal malam dan kegelapan, irama kejujuran masih milik segelincir orang, tempo dan dinamika mengalun di relung dan ruang penasaran, mencari celah lolos jerat pasal dan ayat, ketika palu akan diketokkan, entah menjadi pahlawan entah akan disebut pecundang
Koro'oto, 11 November 2022
*ditulis di perpisahan hari antara tanggal 10 dan 11 November 2022 sesudah menyaksikan berbagai kabar seputar Indonesia hari ini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H