Hari-hari berlalu,
Akan kutinggalkan dalam nostalgia,
Melihat mereka sedang gila dalam koin fin koni.
Kini kududuk memandang dalam lamunan, mengenang karya mendorog karsa,
Kutahu kini gelombang udara bermuatan jutaan alamat website,
Browsing and searching are new vocabularies on my ears,
And more than new vocabulary, new culture, new era,
change mindset and attitude,
Hoping next generation better,
Surat beramplop menjadi email, dan segala hal electricity,
Hingga mengeluh padamnya listrik berjam-jam.
By the way...
Kecil dipaksa besar,
Injak bertindih, copot tercopot, sakit menyakiti, silang selingkuh.
Kabar burung menjadi twit,andai burungnya garuda, mungkin bisa mengangkasa,
Sayangnya burung puyuh, sehingga payah dan mudah patah.
Saat didorong berderak di tempat,
Kapan maju meluncur di hotmix, apalagi di landasan pacu menuju angkasa?
Akh ... .
Kutelusuri dada telanjang, ternyata sisa urat bergurat,
Kulayangkan pandang sejauh mungkin, ternyata rabun sudah menjemput,
Baiklah kawan,
Biar kututup selembar cerita ini, berhubung hari telah senja,
Semoga hati dan perhatian berbuah refleksi.
Sahraen, 20 Nopember 2015 puisi
*ditulis sementara acara perpisahan dengan rekan guru yang pensiun, langsung dibacakan di sana.
Sumber: https://infontt.com/Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H