Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Banjir Merendam Banyak Lokasi, Mungkinkah Alam Sedang Murka?

2 Februari 2025   11:50 Diperbarui: 2 Februari 2025   11:50 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hujan, bersegeralah datang, kami menantikanmu!"  

Begitulah harapan umat manusia ketika kemarau panjang mendera kulit bumi. Rerumputan mengering, semak layu dan mengering pula, pepohonan mengugurkan daun untuk mencegah penguapan, debit mata air berkurang, hingga mengering. Aliran sungai berkurang, ternak-ternak berkejaran hendak menemukan air minum, lalu kembali ke area mencari untuk menemukan pakan. Makhluk manusia  mengeluh sambil mencari sumber-sumber air yang baru. Pengeboran air tanah marak di mana-mana. 

Nyaris di banyak tempat, pada musim penghujan ini ada banjir di mana-mana. Banjir pada masyarakat kota Jakarta rasanya sudah lumrah saja. Mereka yang tinggal di sekitar aliran sungai pun, jika banjir mereka akan menikmatinya sebagai hal yang biasa saja, walau teriris karena menunggu surutnya banjir. Mereka yang merasakan banjir untuk pertama kalinya, akan syok, sehingga ada potensi trauma bila ada banjir susulan.

Ketika saya melakukan gugling dengan mesin pencari Google dan kata kunci berita banjir hari ini, berita-berita tentang situasi banjir terjadi di mana-mana.   

Sebelum saya menyebut beberapa tempat yang tergenang banjir dan dampaknya, berikut ini sekadar catatan pengetahuan tentang banjir. 

Menurut Indra Lintang (Sumber) ada 8 jenis banjir:

  • Banjir bandang, Banjir yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung singkat dengan volume air yang besar dan kecepatan aliran yang tinggi. Banjir bandang biasanya disebabkan oleh curah hujan ekstrem atau longsor di daerah dataran tinggi
  • Banjir sungai, banjir yang terjadi oleh karena aliran sungai tidak mampu menampung kapasitas air dalam jumlah besar.
  • Banjir rob,banjir ini terjadi karena adanya kenaikan permukaan air laut yang diakibatkan oleh pasang surut air laut. Faktor lain yang memicu banjir rob ini adalah badai yang terjadi di laut, erosi, dan penggundulan hutan mangrove.
  • Banjir cileuncang, Jenis banjir selanjutnya ada Cileunang yang terjadi akibat intensitas hujan yang deras sehingga membuat daerah resapan air tidak mampu menyerap volume air yang besar. Tidak hanya itu, sungai, kali, dan selokan juga tidak bisa menampung volume air yang tinggi dan akhirnya meluap ke area sekitar. Biasanya, banjir Cileuncang terjadi di daerah dataran tinggi yang memiliki curah hujan yang lebih tinggi, yakni sebesar 2.000 mm per tahun.
  • Banjir orografis terjadi saat adanya kenaikan suhu udara yang mengandung uap air yang terbawa oleh angin ke puncak gunung. Sesampainya di atas, uap air tersebut menurunkan suhu udara di atas gunung yang kemudian terkondensasi sehingga terjadilah hujan di daerah pegunungan.Hujan inilah yang dinamakan orografis karena hanya terjadi di daerah pegunungan saja.
  • Banjir lumpur,Sesuai namanya, banjir ini biasanya membawa banyak material lumpur yang berwarna coklat muda atau sedikit kekuning-kuningan. Banjir lumpur biasanya jauh lebih berbahaya dan menimbulkan kerugian yang lebih besar daripada banjir air. Salah satu bahayanya yang ditimbulkan dari banjir ini adalah jalanan yang licin. Selain itu, proses pembersihan lumpur di lingkungan sekitar jauh lebih sulit dan memakan waktu yang lebih lama. Biasanya, banjir lumpur ini terjadi saat hujan yang deras mengguyur daerah yang berlumpur, seperti daerah pertanian atau perbukitan. Selain dari hujan, banjir lumpur juga bisa terjadi dari bawah tanah dan campur tangan manusia.
  • Banjir lahar, Banjir lahar terjadi karena adanya bencana alam yang berasal dari gunung api yang aktif dan mengalami erupsi. Dalam proses erupsi ini, gunung berapi akan mengeluarkan lahar dingin yang menyebar ke lingkungan sekitar. Biasanya, banjir lahar ini akan turun ke pemukiman warga melalui sungai. Jika sungai tidak bisa menampung debit lahar dingin, maka lahar yang membawa bebatuan besar tersebut akan menyebar ke berbagai arah. Dampak dari banjir lahar sangat banyak, antara lain merusak bangunan, daerah pemukiman, dan lahan pertanian masyarakat yang tertutup oleh material lahar.
  • Banjir Gletser,Jenis banjir yang terakhir adalah gletser. Banjir ini biasanya terjadi di puncak gunung yang bersalju, seperti Gunung Himalaya dan Puncak Jayawijaya. Banjir gletser ini biasanya terjadi saat musim kemarau. Penyebab terjadinya banjir gletser ini akibat luapan air yang mencair dari puncak gunung. Pencairan air ini sangat membahayakan para pendaki dan hewan-hewan yang berada di gunung tersebut. Pasalnya, banjir gletser ini mengalir dengan deras dari puncak gunung ke kaki gunung. Tidak hanya air, biasanya banjir ini mengangkut banyak bebatuan dan pohon-pohon yang tumbang juga.

Begitulah sepenggal pengetahuan tentang jenis-jenis banjir. Semoga bermanfaat.

Nah, selanjutnya sesuai kondisi akhir-akhir ini pada akhir Januari 2025, ada pameo yang menghubungkan Tahun Baru Ilmlek dengan hujan deras, banjir, dan angin kencang hingga membadai. Pengetahuan umum masyarakat yang hanya bersifat asumtif ini akan rasanya diterima publik begitu saja oleh karena nyaris saja,  ketika menjelang, pada saat atau sesudah tahun baru Imlek tiba akan ada kondisi seperti itu.

Padahal, curah hujan dan angin sudah ada dalam prediksi atau prakiraan cuaca oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Di dalam BMKG terdapat para pakar yang secara sistematis mengamati dan menganalisa konteks yang sedang terjadi di alam terbuka, menyiarkan/menyebarluaskan kepada publik agar ada kesiapsiagaan.

Jembatan Kapsali putus/patah diterjang banjir pada waktu Badai Seroja; foto: Roni Bani
Jembatan Kapsali putus/patah diterjang banjir pada waktu Badai Seroja; foto: Roni Bani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun