Unit Pelaksana Teknis Daerah Sekolah Dasar Inpres Nekmese (UPTD SD I Nekmese), berada di desa Nekmese Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang. Para guru dan Kepala Sekolah di dalam UPTD bidang pendidikan dasar di pedesaan ini tentulah harus bekerja keras paling tidak untuk mengantar para murid memiliki tiga ketrampilan dasar: membaca, menulis dan berhitung.
Dalam Tahun Pelajaran 2024/2025, salah satu program akhir semester yakni menyelenggarakan lomba: menggambar untuk Kelas 1 dan 2; membaca puisi untuk Kelas 3 dan 4, dan bercerita untuk Kelas 5 dan 6.Â
Para murid Kelas I dan II antusias mengikuti lomba menggambar. Tema menggambar  alam sekitar dan natal. Kepada mereka dihimbau untuk menggambar pepohonan, ternak, hutan, dan ragam model pohon natal.  Â
Sementara itu, kelas yang mengikuti Lomba Bercerita mendapatkan teks (fabel) seperti yang tertulis di bawah ini.
Tikus yang Suka Mengganggu Kucing
Di dalam satu kawasan hutan yang hijau, hiduplah sekelompok tikus dan kucing secara damai. Selalu saja mereka bersahabat dalam waktu yang lama, namun di antara banyak tikus, ada satu tikus kecil bernama Nino yang suka sekali membuat mengganggu dan menggoda pada kucing-kucing yang ada di sekitar hutan. Nino sering mengganggu mereka lalu dengan berlari cepat di depan mereka, mengejek, dan bahkan mencubit dan menggigit ekor mereka saat mereka tidur. Nino merasa senang setiap kali melihat kucing-kucing itu terkejut atau marah.
Adalah di sana seekor kucing bernama Meok yang sudah cukup sabar dengan semua perundungan itu. Meok selalu berusaha mengabaikan Nino, meskipun hati kecilnya merasa kesal. "Si Nino tikus inisudah tidak tahu diri," pikir Meok, namun ia tetap berusaha bersabar.
Suatu hari, Nino kembali melintas di dekat Meok, kali ini dengan lebih berani. Nino berlari-lari kecil sambil mengejek Meok dengan suara tinggi. "Kucing pemalas! Kucing tak berguna!" kata Nino sambil tertawa terbahak-bahak. Meok yang sudah sangat kesal akhirnya tidak bisa menahan diri. Dengan gerakan cepat, Meok melompat, menangkap dan mencengkeram Ninodengan cakar kuatnya.
Semua kucing di sekitar mendengar keributan itu dan berlari mendekat. "Hooray! Hooray! Akhirnya si Nino mendapat balasan!" seru kucing-kucing lainnya. Mereka bersorak gembira melihat Ninoyang terjepit di cakar Meok.
Sementara itu, tikus-tikus lainnya yang melihat kejadian itu hanya bisa terdiam. Mereka merasa takut dan malu melihat nasib Nino yang selama ini suka mengganggu teman-teman kucing.
Nino yang ketakutan, dengan mata yang hampir berkaca-kaca, memohon kepada Meok, "Maafkan aku, Meok. Aku tak seharusnya mengganggu kamu dan kucing-kucing lainnya. Aku sudah terlalu jauh dengan perundunganku. Tolong, lepaskan aku. Ayolah, tolong lepaskan aku."
Meok menatap Nino dalam-dalam. Ia  terdiam beberapa saat lamanya. Ia bisa merasakan rasa penyesalan dalam suara Timo. Setelah beberapa detik, Meok akhirnya melepaskan cakar yang mencengkeram tubuh Nino. "Aku akan memaafkanmu, Nino," kata Meok dengan lembut, "Tapi, ingat, kamu harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Semua makhluk di hutan ini berhak hidup dengan damai, tanpa diganggu oleh siapapun."
Nino mengangguk dengan sungguh-sungguh, "Aku janji, Meok. Aku tak akan pernah mengganggu kucing lagi."
Sejak saat itu, Nino mulai berubah. Ia tidak lagi membuat perundungan pada kucing-kucing. Bahkan, ia mulai berteman dengan mereka. Meok juga tak pernah mengingat kejadian itu lagi, dan mereka hidup berdampingan dengan damai di hutan.
Begitulah, Nino belajar bahwa perundungan tidak akan membawa kebahagiaan, hanya penyesalan. Memohon maaf dan memaafkan adalah jalan terbaik untuk menciptakan kedamaian.
Cerita ini ditulis oleh seorang guru. Selanjutnya cerita ini dibagikan kepada murid yang merindukan untuk bercerita di depan teman-temannya. Ada 7 orang yang siap bercerita di depan teman-temannya.Â
Pada hari yang ditentukan, Selasa (17/12/24), murid Kelas I dan II masing-masing berada di kelasnya untuk mengikuti lomba menggambar. Hasil menggambar dikumpulkan kepada Panitia untuk selanjutnya mendapatkan penilaian dan diumumkan pada saat apel pagi hari berikutnya, Rabu (18/12/24).
Murid Kelas III - VI berkumpul di Aula. Mereka mendengarkan pembacan puisi 9 orang dan 7 orang bercerita. Mereka yang menjadi pendengar (penonton) mengikuti dengan saksama. Bertepuk tangan sebelum dan sesudah seorang peserta tampil.
Penilaian dilakukan oleh Panitia/Juri yang dibentuk dengan Surat Keputusan Kepala Sekolah. Surat Keputusan ini diperlukan sebagai acuan dalam kerangka pembiayaan sekalipun anggaran yang disediakan sedikit sekali di dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Tahun Anggaran 2024.Â