Saya benar-benar tidak membuat catatan perjalanan ketika serombongan kami menuju Alor. Ya, pelayaran dalam rombongan menggunakan jasa angkutan feri.Â
Ingatan saya dimulai dari Dermaga Bolok Kupang. Di sana pimpinan rombongan mengurus tiket dengan menukar tiket biasa yang sebelumnya dibeli dalam jaringan, dikonversi dengan menambah sekian rupiah untuk dapat menggunakan kamar VIP. Jumlah anggota rombongan sebanyak 19 orang. Beberapa orang telah pergi lebih awal, dan masih ada pula yang akan menyusul. Kami berangkat pada Sabtu (26/11). Â Kami mulai mengantri agar tiba di kapal feri mulai pukul 10.00 WITa. Antrian yang padat. Ibu-ibu hamil, anak-anak, orang tua, segala usia dan profesi berbaur. Lelah. Duduk. Bangun. Gerah, dan lain-lainnya.
Akhirnya pintu dibuka. Antrian bagai air tumpahan. Saya apes. Ketua rombongan memegang tiket, 18 orang telah pergi. Saya berada di belakang. Petugas tak mengizinkan. Saya menunggu hingga akhirnya ketua rombongan melakukan vidcall, barulah petugas percaya dan mengizinkan.
Kapal Feri terisi penuh. Saya bingung akan ke mana? Penumpang bagai diserak saja, duduk atau berbaring di mana saja. Kira-kira ada pernyataan di hati, "asal su di atas kapal."Â Beberapa saat saya dan ketua rombongan harus berteleponan untuk akhirnya tiba di kamar yang katanya VIP, aih... .
Singkat cerita. Kami tiba di Dermaga Kalabahi pada pukul 03.00 WITa. Para penumpang tidak dengan mudah segera turun, berhubung kendaraan harus lebih dahulu turun agar ada ruang gerak yang cukup luas bagi penumpang. Satu unit mobil macet ketika akan turun. Butuh waktu untuk menjadikannya lancar kembali sampai harus ditolong oleh penumpang, penjemput dan anak buah kapal. Kurang lebih satu jam kemudian, mobil itu pun berhasil tiba di darat.
Kendaraan lainnya baik roda dua maupun roda empat berjejer ke darat, diikuti penumpang. Teman-teman yang menjemput sudah ada yang tiba di dalam kapal. Kami pun akhirnya tiba di darat. Ada 2 unit mobil dan 1 unit bus, 1 pikap telah siap menjemput. Kami pun akhirnya tiba di Kalabahi. Di sana kami singgah di tempat di mana Unit Bahasa dan Budaya GMIT berkantor. Kami menunggu waktu yang tepat untuk menuju ke lokasi acara pertama.
Minggu,(27/10) kami ke lokasi acara, ada "sambutan ringan". Sebutan "sambutan ringan" karena sesungguhnya acara ini dilakukan oleh Panitia agar kami dapat diatur penempatan ke rumah-rumah jemaat untuk menginap. Ini tujuannya untuk berbaur, berbagi cerita bersama sebagai sesama anggota Gereja Masehi Injili di Timor tetapi juga sebagai kaum Kristen pada umumnya. Acara pertama yakni Peluncuran Injil Markus dan Buku Kidung Rohani dalam Bahasa Aadang baru akan diadakan  pada Selasa (29/10) (Sumber). Penyambutan secara resmi untuk seluruh rombongan dari Kupang dan tamu dari luar negeri dilakukan pada Senin (28/10) sore ketika rombongan terakhir dari Kupang tiba.
Ketika seremoni penyambutan diadakan, seluruh warga Jemaat Aadang baik di seputaran Kalabahi maupun dari dalam kampung-kampung berbahasa Aadang menghadiri acara ini. Lego-lego dengan diiringi musik dan lagu yang hanya dipahami oleh mereka. Anggota rombongan yang diajak masuk ke dalam lingkaran tarian hanya mengikuti saja. Seluruh rangkaian acara diwarnai tari, lagu, dan ragam pakaian tradisional yang memukau. Masyarakat Aadang menampilkan kekhasan mereka pada 27 - 29 Oktober 2024. Luar biasa.