Saya pastikan tidak ada kesempatan kedua untuk bertemu, bersalaman dan apalagi memberikan tanda kenangan pada Wakil Perdana Menteri II Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Momentum itu ada ketika ada sesi seminar diadakan sebagai bagian dari Festival Fronteira 2024. Festival Fronteira 2024 diadakan di Oe-Cusse, satu daerah khusus/istimewa dari RDTL.
Seminar membahas berbagai isu menarik dan menggelitik rasa baik secara sosial, budaya maupun politik demi merajut kembali retaknya persaudaraan antarsesama orang Timor Timur (Timor Leste). Sudah dalam pengetahuan kita semua bahwa Timor Timur sebagai propinsi ke-27 NKRI pada masa lalu, kini telah merdeka dan menjadi negara berdaulat dengan nama Republic Democratic Timor Leste (RDTL).
Bagian yang tak akan terlupakan dari berdirinya RDTL yakni keterpisahan. Keterpisahan itu terjadi antara sesama saudara. Ada di antara mereka yang memilih menjadi warga NKRI, dan ada yang tetap menjadi warga negara RDTL. Mereka yang keluar dari RDTL dan memilih menjadi warga NKRI selanjut disebut pengungsi. Sebutan itu kemudian hari berganti menjadi warga diaspora.Â
Pergantian kepemimpian nasional RDTL beberapa kali telah mengantar mereka untuk mempunyai kebijakan rekonsiliasi. Rekonsiliasi dibuat untuk merajut kembali persaudaraan antara warga RDTL dan warga diaspora baik yang berada di Timor Barat maupun di Indonesia secara keseluruhannya.
Seminar ini berlangsung selama 3 hari (15-17 Oktober 2024). Saya sempat menghadiri untuk 2 hari. Kesempatan mendengarkan materi yang disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri II RDTL, Mariano Assanami Sabino Lopez. Pada sesi tanya jawab, kami mendapat peluang untuk bertanya/menyampaikan opini walau dibatasi waktu dan jumlah orang.
Ketika mengacungkan tangan, peluang itu saya dapatkan. Dari 5 orang yang mendapat peluang sesi pertama, saya salah satu di antaranya. Maka, kesempatan berbicara saya sampaikan bahwa menjaga hubungan baik antar mereka yang berdiaspora dengan yang menetap sebagai warga negara RDTL yakni dengan saling berkunjung untuk terus memelihara bahasa daerah mereka.Â
Salah satu bahasa daerah di Timor Lesta yakni Bahasa Baikeno' cabang dari Bahasa Meto'. Bahasa Baikeno' dipelihara dan dituturkan oleh masyarakat yang berada di Oe-Cusse, wilayah enclave Timor Leste. Masyarakat di tempat ini dapat berkomunikasi secara lancar dengan menggunakan Bahasa Baikeno ketika bertemu dengan saudara-saudara mereka di Kabupaten Kupang, khususnya yang berada di Amfo'ang Raya. Bahasa Baikeno' akan terpelihara, di samping bahasa nasional RDTL.
Sesudah menyampaikan sepenggal opini ini, saya mohon izin untuk memberikan satu buku yang isinya ditulis dalam Bahasa Baikeno'.Â
Paling kurang ada dua catatan menarik selama berada di Oe-Cusse RDTL,
- Bahasa. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat di sana variatif, bergantung dengan siapa komunikasi itu dibangun. Bila percakapan resmi mereka menggunakan Bahasa Portugis; bila informal maka mereka dapat menggunakan Bahasa Tetun, atau Baikeno' atau Bahasa Indonesia. Sesekali bila diperlukan maka mereka menggunakan Bahasa Inggris. Dalam satu percakapan dengan seorang pemilik toko, ia menyampaikan bahwa mereka harus mampu menguasai beberapa bahasa di wilayah itu karena ada ragam orang di sana. Mereka yang datang dari luar Oe-cusse bisa saja dari Timor Barat yang masih memelihara Bahasa Baikeno', atau juga menggunakan Bahasa Indonesia. Bila sesama warga Timor Leste tetapi bukan dari Oe-Cusse maka dipastikan akan menggunakan Bahasa Tetun atau Bahasa Portugis. Bila pendatang dari luar negeri misalnya dari Australia, tentulah mereka harus menggunakan Bahasa Inggris Australia.
- Ketertiban. Point ini terdiri dari tertib menghormati bendera pada saat digerek naik atau digerek turun. Pejalan kaki, pedagang kaki lima, pengguna jalan wajib memberi penghormatan kepada bendera. Berikutnya soal tertib lalu lintas. Kota Oe-Cusse tidak dipasangi traffic light, tetapi pengguna jalan begitu tertibnya. Terakhir tertib kebersihan, kota bersih karena kesadaran masyarakatnya untuk tidak membuang sampah, bahkan pesisir pantai pun amat bersih.
Demikian sepenggal catatan ingatan ketika berada di Oe-Cusse Timor Leste.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 1 Desember 2024
Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H