Sekolah kita akan ke mana, Sahabat? Kira-kira begitulah pertanyaannya ketika Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi terbagi lagi menjadi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Kebudayaan, dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.Â
Tentu saja, sekolah kita tetap di tempat. Lho, itu bangunannya, tetapi isinya akan dibawa ke mana? Mungkinkah akan bergeser mengikuti adegium, ganti menteri ganti kurikulum? Kita tunggu saja.
Sebulan sudah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dipimpin oleh Pembantu Presiden yakni, Dr. Abdul Mu'ti. Dr. Abdul Mu'ti tidak gegabah mengeluarkan kebijakan. Ia cukup berhati-hati dalam membuat pernyataan-pernyataan, oleh karena ada semacam harapan besar dipundakkan kepadanya ketika Kurikulum Merdeka dengan segala ikutannya yang melalui dan dalam jaringan (online) diberlakukan.
Kaum guru di Indonesia terbeban dengan segala tetek-bengek, hingar-bingar PMM, Guru Penggerak yang terlihat lebih sejahtera, diikuti dengan masalah lama, sarana-prasarana, fasilitas belajar, hingga infrastruktur pendukung jaringan internet.Â
Rasanya mayoritas kaum guru di Indonesia gerah dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim, yang kemudian memplesetkannya menjadi Menteri Perdagangan Pendidikan.Â
Mengapa begitu? Karena tidak ada yang disebutkan sebagai gratis ketika berhadapan dengan internet. Semua aplikasi yang tertera di dalam PMM mesti menggunakan paket data (pulsa). Pulsa tentulah harus ditempatkan pada media yang tepat, yakni Android. Guru perlu memilikinya.
Enam Program Prioritas Mendikdasmen
Setelah satu bulan dilantik, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Abdul Mu'ti, akhirnya mengeluarkan 6 (enam) program prioritas kementerian yang dipimpinnya. Keenam program prioritas itu yakni:
- Pertama adalah Penguatan Pendidikan Karakter, meliputi pelatihan bimbingan konseling dan pendidikan nilai untuk guru, peningkatan kompetensi guru BK dan agama, pengangkatan guru BK, penanaman tujuh kebiasaan anak Indonesia, dan penyediaan makan siang bergizi.
- Kedua adalah Wajib Belajar 13 Tahun dan Pemerataan Kesempatan Pendidikan, termasuk afirmasi pendidikan oleh masyarakat, seperti rumah belajar, pendidikan jarak jauh, dan PAUD, serta fasilitasi relawan mengajar.
- Ketiga, peningkatan kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan guru, termasuk peningkatan kualifikasi minimal D-IV/S-1, pelatihan kompetensi, dan kesejahteraan melalui sertifikasi.
- Keempat, Penguatan Pendidikan Unggul, Literasi, Numerasi, dan Sains Teknologi, mencakup pendidikan matematika, sains, teknologi sejak dini, pendirian dan pengembangan sekolah unggul, serta penguatan pendidikan vokasi dan pelatihan.
- Kelima adalah Pemenuhan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana yang mencakup renovasi sekolah.
- Keenam adalah Pembangunan Bahasa dan Sastra, yang meliputi pemartabatan bahasa nasional, pelindungan bahasa daerah, penginternasionalan bahasa Indonesia, serta peningkatan literasi. (Sumber)
Dalam bahasa manajemen, terbaca semua program prioritas ini teramat indah. Kesannya ada polesan baru sehingga lebih berkilau, menyala dan menyilaukan mata. Menelisik secara lebih mendalam tidak perlulah untuk dibahas apalagi dikritisi, karena semuanya telah dipaparkan di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat. Para wakil rakyat telah mendengar, mengkritisi, dan menaruh harapan pada implementasinya.
Apakah terlihat ada yang membedakan secara lebih menyolok daripada yang pernah ada sebelumnya?