Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu

22 November 2024   11:08 Diperbarui: 22 November 2024   11:13 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bila kerinduan melangkah maju
sambil membungkus keserakahan dengan
ari berfrasa kebohongan,
tidakkah model itu sebagai penistaan
moral dan etika?

Bila kejujuran dan ketulus-ikhlasan
diganjar dengan fitnah dan kebohongan,
bukankah sikap itu membredil kemuliaan?

Negeri antah berantah memangku dan memeluk
insan lugu, berlipstik loba, berjubah pecundang,
walau masih ada segelintir yang bekerja keras
transparan hingga diri pun dibiarkan dikuliti,
tetap pada ketegarannya.

Ada tawa di ruang berhawa sejuk
ketika belantara dibabat.
Ada tangis di alam terbuka
ketika dermawan membagikan sembako
atas nama kemanusiaan

Kapan kekerdilan dan kepicikan olah pikir berakhir?
Bilamanakah kelicikan dan kepongahan dihentikan?

Permukaan bumi sudah nyaris penuh dengan sampah
frasa kebohongan dan angkasa pun berjubel sesak
paragraf solusi kemaksiatan.

Hanya mereka yang menyadari akan dirinya
sebagai insan Ilahi yang mampu berdiri
untuk kebermanfaatan  dan kedamaian
fisik dan psikis

Umi Nii Baki-Koro'oto, 22 November 2024

Heronimus Bani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun