Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak dalam Masyarakat adat Pah Amarasi

9 November 2024   15:00 Diperbarui: 9 November 2024   15:24 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto: Roni Bani

Pengntar

 

Ketika mendapatkan kabar yang diikuti dengan surat resmi dari Pemerintah desa Oebesi Kecamatan Amarasi Timur mengenai Penyuluhan Perlindungan Anak dalam Masyarakat, saya menyambut dengan rasa syukur. Rasa syukur ini terjadi karena pada zaman digitalisasi ini, produk kebudayaan yang satu itu telah menggeser secara perlahan dalam kepastian kebudayaan lokal. Di antaranya posisi anak di dalam keluarga.

Anak dalam keluarga masyarakat pedesaan dipastikan secara perlahan pula akan mengikuti pola apa yang diketahuinya dari pengaruh dunia informasi yang singkat tanpa filter edukasi dan apalagi filter kultur (budaya).

Sementara itu para orang tua di pedesaan yang lahir sebelu tahun 1960-an pada hari-hari ini makin berumur. Pada situasi itu mereka ada suasana hati gamang, antara mengikuti pola berbudaya dalam masa hidup mereka atau pola baru yang sedang trending.

Di antara dua sisi itu mereka mesti dapat berdiri dalam penyesuaian diri untuk melindungi anak-anak mereka. Maka, tepatlah kiranya acara ini dibuat untuk memberi sekadar pengetahuan tentang pendekatan budaya dalam kerangka perlindungan anak baik pada masa lampau, kini dan masa depan.

 

Anak dalam Latar Belakang Kebudayaan Masyarakat Adat Pah Amarasi

Anak dalam setiap keluarga masyarakat adat Pah Amarasi merupakan harapan. Setiap pasangan suami-isteri akan selalu mengharapkan adanya anak dari hasil perkawinan (baik sah maupun nanti baru akan disahkan).

Maka, ketika orang mulai mengurus perkawinan, langkah pertama yang dilakukan oleh para tetua pemangku kepentingan yakni mengupacarakan pasangan suami-isteri baru. Upacara itu beragam namanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun