Peningkatan produktivitas pertanian merupakan tantangan penting untuk mencukupi kebutuhan pangan yang semakin meningkat. Di tengah tantangan ini, teknologi Internet of Things (IoT) menjadi solusi yang dapat membantu para petani meningkatkan efisiensi dan produktivitas hasil pertanian, khususnya tanaman jagung yang menjadi salah satu komoditas pangan utama di banyak negara, termasuk Indonesia.Â
Penggunaan sensor IoT dapat menjadi alat bantu pemantauan kondisi tanaman jagung yang efektif untuk memaksimalkan hasil panen dan mengurangi kerugian akibat kondisi lingkungan yang kurang mendukung.
        Pemantauan Kondisi Tanaman Jagung sangat penting dikarenakan tanaman jagung membutuhkan kondisi lingkungan yang optimal untuk tumbuh dengan baik, seperti temperatur yang tepat, kelembaban tanah yang cukup, dan asupan nutrisi yang seimbang. Jika salah satu faktor tersebut tidak terpenuhi, tanaman dapat mengalami stres dan produktivitasnya menurun.Â
Selain itu, tanaman jagung juga rentan terhadap serangan hama dan penyakit, yang dapat mengakibatkan kerugian besar bagi petani jika tidak segera ditangani.
        Pemantauan kondisi tanaman secara manual tidak selalu efektif dikarenakan adanya human error dan luas lahan yang dikelola terlalu besar. Dengan adanya sistem pemantauan otomatis berbasis sensor IoT, petani dapat dengan mudah memantau dan menganalisis kondisi lingkungan sekitar tanaman jagung mereka secara real-time. Informasi yang diperoleh dari sensor-sensor ini memungkinkan petani untuk mengambil tindakan langsung yang preventif dan melakukan penyesuaian yang diperlukan agar tanaman tetap tumbuh optimal.
       Terdapat berbagai macam jenis sensor IoT seperti Soil Moisture Sensor, Temperature Sensor, Humidity Sensor, Light Sensor dan Nutrient Sensor. Soil Moisture Sensor berfungsi untuk mengukur kadar kelembaban tanah. Tanaman jagung membutuhkan kelembaban tanah sekitar 60-80% kapasitas lapang untuk pertumbuhan yang optimal, terutama pada fase vegetatif dan reproduktif.Â
Jika kadar air dalam tanah berkurang, tanaman bisa mengalami stres kekeringan yang dapat mempengaruhi produktivitas. Dengan sensor kelembaban tanah, petani dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menyiram tanaman atau mengaktifkan sistem irigasi.
        Temperature Sensor merupakan sensor yang berfungsi untuk mengetahui suhu udara dan suhu tanah pada lahan jagung. Tanaman jagung membutuhkan suhu udara 25-30C dan suhu tanah 15-30C untuk pertumbuhan secara optimal.Â
Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi proses fotosintesis dan metabolisme tanaman. Dengan sensor suhu, petani dapat memantau kondisi suhu di lahan jagung mereka, dan mengambil tindakan yang diperlukan jika suhu tidak sesuai, misalnya dengan meningkatkan atau menurunkan intensitas penyiraman pada cuaca panas.
      Humidity Sensor merupakan sensor yang berfungsi untuk mengukur kelembapan udara. Tanaman jagung membutuhkan kelembapan udara sebesar 60-80% untuk pertumbuhan yang optimal. Tingkat kelembaban yang terlalu rendah menyebabkan tanaman kehilangan banyak air melalui transpirasi, yang bisa menghambat pertumbuhan, mengurangi ukuran biji, dan mengganggu produksi tongkol.Â
Kelembapan yang terlalu tinggi dapat Meningkatkan risiko penyakit seperti jamur, terutama jika disertai suhu tinggi. Hal ini juga dapat mengurangi penyerapan unsur hara, sehingga berdampak pada hasil panen.